NAGAQQ.COM | AGEN BANDARQ | BANDARQ ONLINE | ADUQ ONLINE | DOMINOQQ TERBAIK

Sabtu, 30 Januari 2016

Pembantu Ku Yang Semok Part 4




Rika merebahkan kepalanya di pangkuanku, dengan begitu, otomatis tanganku melingkar di perut dia. Sambil terus cerita-cerita, mata dia memperhatikan acara TV yang kita tonton, sementara aku? aku memperhatikan dua tonjolan bukit kembar di puncak buah dadanya. Puting itu seakan berlomba ingin melompat ke luar dari You can see tipis tanpa BH yang dia kenakan. Naik turun seirama dengan aliran nafasnya yang entah kenapa menurutku tampak sedikit kurang teratur. Sengaja kupindahkan tanganku dari perut ke dadanya, walau tidak tepat diatas kedua putingnya. Rika masih cuek dan terus bercerita tentang dia dan pacarnya yang seakan ‘kurang mengerti’ kebutuhan dia dan apa yang sebenarnya dia inginkan.

Gairahku kambali naik ke ubun-ubun, aku tahu sebentar lagi aku tidak akan dapat menahan gejolah birahi yang selalu mengasaiku begitu ia terbangkitkan. Tanganku pun secara otomatis mulai melakukan remasan-remasan lembut terhadap payudara adik iparku yang sekal itu. Dan remasan itu semakin keras, semakin keras lalu berubah menjadi gerakan-gerakan jari melingkar-lingkar di seputar putingnya. Melingkar dan sesekali mencolek dengan lembut ujung puncak puting yang terasa semakin mengeras itu. Lalu gerakan itu berubah menjadi pilinan terhadap puting Rika. Seperti sedang mencari chanel radio, aku memilin-milin puting yang semakin keras itu. Kontolku sudah ngaceng 100%, entah kenapa, sensasi ini benar-benar membakar birahiku, membara panas dan liar.

Rika sendiri seperti tidak ada tindakan untuk menghentikan remasan dan pilinan jari-jariku terhadap buah dadanya. Malah sesekali aku mendengar desahan-desahan halus keluar dari mulut manisnya. Walaupun aku orangnya suka tidak kontrol terhadap birahi, tetapi aku dapat menjadi orang yang sangat sabar apabila melakukan tindakan foreplay dan merangsang pasangan. Bisa dibilang, aku selalu mengerti dimana titik lemah seorang cewek, perlakuan apa yang paling dia sukai dan apa yang dapat membakar birahinya. Masih bermain-main dengan keterampilan jariku, dengan tangan kanan meremas dan memilin dada Rika, tangan kiriku dari bawah bergerak ke arah pangkal lehernya, menyusur belakang telinganya lalu berbalik ke depan dan mengusap lembut bibirnya.

Rika mulai lebih jauh terpancing, lidahnya mulai terjulur menyambut jari-jariku yang bermain-main di bibirrnya. Sejurus kemudian, jariku telah bertarung dengan sengit melawan lidahnya yang menjilat-jilat liar. Seiring dengan puntiran putingnya dengan tangan kananku, aku masukkan kedua jariku ke mulutnya dan menjepit lidahnya…

“Aghhh…” Rika menggelinjang lalu tiba-tiba mengubah posisinya menjadi terlentang. Ia kangkangkan kedua kakinya, aku tidak menyadari kapan tangannya sudah masuk ke celana hot pants yang ia kenakan dan mengobel memeknya sendiri dengan kedua tangannya.

Aku keluarkan tanganku dari mulutnya, dan kugunakan keduanya untuk memproses buah dada dan putingnya. Rika semakin seperti kesetanan mengobel lubang memeknya. Akupun semakin tidak tahan, dengan penuh nafsu kutarik U can see-nya ke atas, hingga tarpampanglah buah dada adik iparku yang montok itu, lalu dengan segera aku menunduk dan mempermainkannya dengan mulut dan lidahku.

Rika semakin menjadi-jadi, diobelnya sendiri memeknya dengan kedua tangannya dengan RPM tinggi sambil mendesah-desah tidak karuan. Jilatanku pun semakin turun, ke arah perutnya, lalu kusodok-sodok pusarnya dan kupermainkan dengan lidahku. Erangan dan lenguhan Rika semakin keras, akupun semakin bergerak ke arah bawah dari tubuhnya. Dengan posisi merangkak di atas badannya dalam gaya 69, kupelorotkan hotpants yang menutupi memeknya tanpa CD itu, aku tercengang melihat tiga jarinya sudah masuk ke lobang memeknya sendiri yang sudah sangat basah itu.

Aku segera mencabut jari-jari itu, menyingkirkan tangannya dan menggantikannya dengan mulut dan lidahku. Baru beberapa jilatan dan hisapan, Rika mengejang-ngejang dengan keras dan menyemburkan cairan orgsmenya beberapa kali ke mulutku. Tanpa menyia-nyiakan cairan favoritku yang beraroma sangat aku sukai itu, aku menyedotnya habis tanpa ampun. Rika pun akhirnya menggelosoh lemas seusai orgasme.

Terengah-engah dia berkata, “Hehehe... thanks ya, mas.”

“It’s OK, kamu enak?”

“Banget…”

“Good, mau mandi lagi?”

“Ah, ntar aja deh, masih mau menikmati sisa orgasmeku dulu.”

Aku kembali duduk dan memegang kontolku. “Kalo gak keberatan, tetep posisi itu ya, tak pake ngocok bentar.”

“He’eh…” jawabnya.

Akupun segera mengeluarkan kontolku dan dengan posisi mengangkang di antara kepalanya, aku mulai mengocok sambil memperhatikan matanya yang sayu menatap kontolku yang kukocok dengan tanganku sendiri. Praktis kontolku hanya berjarak beberapa cm dari mukanya. Lalu sengaja aku menurunkan sedikit posisiku sehingga biji pelirku menggesek hidung dan mulutnya. Aku berharap dia sedikit terangsang lagi lalu membantuku dengan sedikit menjilat buah pelir maupun batang kontolku, sialnya Rika tidak bereaksi. Aku tahu dia sengaja tidak melakukan itu. Tapi tidak masalah, dengan pemandangan seperti itu, matanya yang tidak berkedip menatap kontolku yang sedang kukocok, dadanya yang terpampang indah dan memeknya yang masih kelihatan licin mengkilap, tidak butuh waktu lama sebelum aku menyamburkan spermaku. Aku memang tidak berniat menahannya terlalu lama, walau aku mempunyai kemampuan untuk itu. Dan kecrotan spermaku sengaja aku arahkan ke atas bibir dia. Rika pun tidak protes ataupun mengubah posisinya, sehingga spermaku sukses membanjiri bibirnya. Dia tersenyum dan menjilat sedikit pejuh yang belepotan di bibirnya itu.

Hanya itu yang terjadi malam harinya, keesokan hari aku mengantarkan dia pagi-pagi ke kos. Dan aku yakin kejadian kemarin akan tersimpan rapi di memory kita berdua.

Hari bergulir kembali, memang paginya aku merasa ada pandangan aneh di mata Lastri waktu mengganti sprei ranjangku yang sangat basah karena permainanku dengan Rika. Disana juga ada sisa-sisa cairan memek Rika dan sedikit pejuhku. Tapi dia diam dan tidak tanya macam-macam. Aku bertanya dalam hati, ancaman apa yang dipakai oleh Rika?

But what the hell, aku gak mau memikirkannya lebih lanjut, fakta bahwa Rika memang jagonya memanipulasi pikiran orang lain adalah suatu hal yang somehow menakutkanku sekaligus membangkitkan libidoku setiap kali aku memikirkan dia.

Ine kembali dari kampung membawa banyak berita, pertama mbah sudah agak baikan. Lalu masalah kakak keponakan kami, Andri, yang digugat cerai oleh istrinya, mbak Yuni kecil (kami menyebutnya begitu, karena kakaknya mas Andri juga mempunyai nama sama, Yuni dan kita menyebutnya Yuni gede) padahal mereka sudah dikaruniai dua anak. Dan dia bilang mbak Yuni gede juga pulang kampung. Serta dalam waktu dekat, pas liburan anak kami, istriku pengin main ke rumah mbak Yuni gede yang ada di kota lain, bersama rombongan dari kampung. Selain dalam rangka peresmian rumah baru mbak Yuni, juga istriku ingin ngajak anakku main di Trans Studio. So be it. Untuk urusan berlibur memang aku selalu memanjakan dan menuruti keinginan istri tercintaku, walau tentunya budget yang harus kukeluarkan tidak selalu sedikit.

Malam itu, setelah membacakan dongeng kesukaan anakku, aku mengantarkannya tidur, besok adalah hari besar buat dia. Naik pesawat ke rumah budhenya. Dia selalu suka pesawat, dan sedikit terobsesi dengannya. Dari gambar wallpaper di kamarnya, game-game kesukaan dia, mainan remote control sampai paper craft kerajinan tangan dia (well, dalam hal ini aku yang bikin, atas supervisinya, hehehe) semua tentang pesawat. Dan aku juga selalu encourage apapun yang menjadi passion dia, aku tidak pernah membatasi, malah selalu aku dorong dengan info-info dan hal-hal yang membuatnya lebih bisa mengekplorasi kreativitas di hal apapun yang dia sukai. Dan di umurnya yang baru 4 tahun itu, dia juga termasuk salah satu penggebuk drum terbaik di tempat les dia. Setiap kali melihatnya, kebanggan selalu mengharuku. Tak bisa aku berhenti bersyukur karenanya.

Malam itu juga, setelah anakku tidur. Sebagai ritual karena akan meninggalkanku seminggu, aku menggenjot dengan semangat istriku di sofa ruang tamu, kita memang sering sembarangan dalam melakukan kegiatan sexual. Mungkin juga karena tampat-tempat itu terasa lebih erotis sehingga membuat libido kami lebih terpancing. Dan seperti kejadian dahulu, Lastri mengintip kami sambil masturbasi. Kali ini pandangan mata kami bertemu, dan dia hanya tersenyum penuh arti kepadaku sambil mengobel memeknya dengan… SHIT!! itu dildo milik istriku! Dildo itu sengaja aku beli untuk variasi sex kami. Anak kecil yang nakal!!

Keesokan harinya, istriku berangkat. Dia akan terbang dari kota S bersama beberapa orang dari rombongan dari kampung. Diantar oleh mas Dedy, Lastri kali ini ikut juga sekalian pulang ke kampung karena dia bilang orangtuanya juga sakit. Heran, banyak banget yang sakit akhir-akhir ini.

So here I am, home alone, bukan karena aku tidak bisa mengajukan cuti dari kantor, tapi aku prefer mengambil cuti itu pada hari lebaran. Kurasa itu lebih logis daripada menghabiskannya di tempat mbak Yuni dengan kegiatan yang itu-itu aja. Sebenernya aku mengharapkan Rika datang menemaniku pada masa ini, hanya pada detik terakhir dia menginformasikan bahwa permohonan cutinya dari kantor di ACC, so dia ikut dalam rombongan wisata keluarga tersebut. That makes me really home alone. Walau, tidak menutup kemungkinan aku mengajak sekretarisku, Umy, untuk bobo nemenin aku di rumah, atau sebaliknya di apartemen dia, atau dalam sekali call aku dapat mengundang ABG-ABG simpananku kalau sewaktu waktu libidoku bangkit, so it’s not a big deal for my sexual life actually.


Bersambung...
Share:

Pembantu Ku Yang Semok Part 5




Hari ke-2 setelah kepergian anak dan istriku untuk berlibur di rumah mbak Yuni. Terus terang aku kangen mereka. Aku bahkan tidak diberi kesempatan bicara agak lamaan oleh anakku pada saat aku telepon, dia masih larut dalam euphoria liburan di kak Priya, kakak ponakan favoritnya. Priya ini anak mbak Yuni gede, satu tahun lebih tua dari anakku, dan keduanya share interest yang sama: Pesawat. Ya udah, papanya udah gak kepakai dalam tahap ini. Aku hanya tersenyum sendiri waktu nyetir pulang, membayangkan betapa cerita anakku pasti akan sangat heboh kalau dia sudah kembali nanti. Di depan gerbang, aku kaget ada seorang yang mendeprok di depan gerbangku.

“Mbak Yun?” sapaku kaget setelah turun dari mobil dan melihat wajahnya.

Mbak Yuni inilah istri kakak ponakanku, mas Andri, yang aku ceritakan menggugat cerai dia karena mas Andri sekarang dibutakan oleh pihak ke tiga. Ada perempuan lain di bahtera rumah tangga mereka.

“Dik…” sapanya lirih. “Aku kemarin sudah sms sama dik Ine kalau mau datang ke sini, dan dik Ine bilang gak pa-pa…” lanjutnya.

“Naik apa, mbak? Kok tidak nelpon? Kan aku bisa jemput.” tanyaku lebih lanjut.

“Nggak pa-pa, dik, takut ngerepotin.” jawabnya cepat.

“Gak pa-pa, mbak. Gak usah sungkan gitu ah, mbak, kaya dengan siapa aja, aku kan adikmu.” jawabku.

“Mungkin sebentar lagi bukan,” desisnya lirih sambil berpaling. Dikiranya aku tidak mendengar.

Setelah memasukkan mobil ke garasi, aku mempersilahkan mbak Yuni untuk masuk rumah dan segera membuatkannya minuman dingin. Mbak Yuni ini sebenarnya seumuranku, orangnya kecil mungil dangan kulit putih. Pakaiannya selalu rapi, dia mengenakan jilbab, dan menurutku, mas Andri beruntung mendapatkan istri secantik dia. Sebenernya dia anak orang kaya, hanya papanya mengalami kebangkrutan tidak berapa lama setelah dia menikah dengan mas Andri. Karena tidak tahan sama tekanan, papanya meninggal sakit jantung dan mamanya menyusul tidak lama setelah itu. Kasihan juga, sekarang hanya tinggal dia dan kakak kandung dia yang bertempat tinggal di Batam.

“Tadi mbak naik apa? Kok mbak tidak nelpon, kan saya bisa jemput mbak, atau gimana…” aku mengulangi pertanyaanku yang tadi belum dia jawab dengan penuh.

“Aku naik bis, dik. Aku sudah sms sama dik Ine, dan dia bilang gak pa-pa aku sementara numpang di Semarang. Di kampung aku sudah tidak kuat, dik, melihat mas Andri…” jawabnya. “Dan maaf kalau tadi tidak nelepon kamu, sebenernya mau nelepon, hanya… pulsaku habis.” lanjutnya lirih.

“Oo, gak pa-pa, mbak. Hanya seperti aku bilang tadi, kalau mbak nelepon kan aku bisa jemput di terminal, atau sedikit persiapan… eh, anak-anak ikut eyangnya berlibur ke rumah mbak Yuni gede ya, mbak?” kataku lagi mengalihkan pembicaraan. Aku tidak mau dia selalu teringat kampung, sementara dia mencoba ‘lari’ untuk menenangkan pikiran. Well, kelihatannya aku selalu tahu.

“Iya, anak-anak ikut.” jawabnya pendek.

Aku memandangnya dengan sangat iba, bener-bener kakak ponakanku, si Andri itu memang gila. Aku juga bukan laki-laki baik-baik, tetapi… menelantarkan anak istri jelas tidak ada di dalam kamusku. Kami bertemu pandang, aku sadari betul mata mbak Yuni tampak sangat capek dan sayu. Padahal wajahnya manis, mungkin lebih manis dari istriku. Sebenarnya mbak Yuni ini pintar berdandan dan merawat diri, dulu pas pertama kali bertemu (waktu aku melamar Ine) dia nampak segar dan energik, sekarang benar-benar terbalik 180 derajat, terlihat capek dan layu. Aku sadar bebannya pastinya sangat berat.

“Eh, mbak Yun mandi dulu aja ya, tak siapin makanan. Aku tadi cuman beli seporsi sih, tapi cukup kok kita makan berdua. Nanti aku masak sedikit, atau mau makan di luar?” kataku lagi berusaha seriang mungkin.

“Sudah, apa adanya aja, dik, tidak usah repot-repot.” jawabnya.

“OK, mbak Yun mandi, aku masak, trus kita makan dulu sebelum mbak Yun istirahat, kelihatannya capek banget kakakku yang paling cantik ini.” kataku menggoda.

“Hmm,” dia hanya tersenyum simpul.

“Nah, gitu dunk, senyum dikit, kan tambah manis… jangan lesu terus geto, ntar cepet tua lho. Santai aja, mbak, ntar juga semua ada jalannya. Nah, sekarang mandi aja dulu. Tak ambilin handuk sekarang, nyonya?” godaku lebih lanjut. “Eh, btw, kok gak bawa tas? Maksudku, baju ganti dll?” tanyaku lagi.

Dia malah tertawa terbahak-bahak, aku sampai kaget, udah stress berat kali mbakku yang satu ini. Ke arah gila mungkin? Serem juga! “Iya, tadi lupa cerita…” katanya. “Kelihatannya tasku ketinggalan di terminal, tadi dari rumah aku bawa koper, tapi dasar pikun, pas mau naik bis jurusan ini, cuman tas kecil yang aku bawa…” lanjutnya.

Eh? Aku bengong… tapi pernyataannya tadi benar-benar menegaskan pikirannya yang kacau dan tidak fokus. “Eeh, y-yang bener, mbaK?” tanyaku masih kurang percaya.

“Sumprit suwer kewer-kewer.” jawabnya mencoba bercanda. “…dan kenapa aku gak nelpun kamu, dik… karena sampai di bis, aku juga kecopetan, hp dan dompetku ilang.” lanjutnya sambil menunjukkan tas kecil dia yang robek, seperti bekas di silet.

Eh? Aku tambah bengong, sambil garuk-garuk kepala ala Wiro Sableng. “Hahahahaha…” tawaku keras-keras. “Wedew, dengan begini, aku nobatkan mbak Yun sebagai orang ter-sial of the day deh. Ntar piagam dan piala menyusul. Wedew… kacaw!” candaku lebih lanjut.

Kami berdua tertawa, mungkin dengan pemikiran yang berbeda di otak kami, jujur aku tidak melihat apa yang membuat dia tertawa, karena yang nampak di mataku hanyalah wajah kosong dan mata sayu yang kehilangan minat akan hidup. Benar-benar kasihan.

Aku bilang gak usah dipikirkan, ntar kalo cuman HP gampang, tak cariin lagi, trus masalah surat-surat yang di dompet ntar kita urus, tapi katanya cuma dompet uang yang hilang, semua surat-surat ada di tas.

“Nah, apa kubilang? Kalau rejeki gak akan ke mana…” kataku mencoba bercanda lagi. “Trus abis mandi, mbak Yun mau make baju apa? Jangan telanjang lho, karena di rumah ini cuman ada kita berdua. Aku takut kagak nahan.” lanjutku menggoda dia.

“Yee… ya minjem baju Ine to, kalau boleh.” jawabnya masih sambil senyam-senyum.

“Boleh lah, apa sih yang gak boleh buat mbak yu kita yang paling maniizzz ini?” jawabku masih becanda. Dia kembali tersenyum sambil tersipu-sipu

Aku masih mengaduk-aduk telur orak-arik saat mbak Yun keluar dari kamar mandi yang ada di kamarku dengan dibalut daster tidur cream milik istriku dari sutra tipis tak berlengan yang sedikit kebesaran dengan ‘V’ neck rendah dan panjangnya hanya sepanjang atas lutut (harusnya ukuran baju itu sepaha, tapi karena mbak Yun bertubuh kecil dan pendek, jadinya agak kedodoran di bawah).

Rambutnya basah karena habis keramas. Aku sedikit tercengang, kalau tidak berjilbab, kakak iparku ini ternyata manis beneran. Pandanganku turun ke dada kecil dia, lalu ke pinggulnya. Kaos tidur ini terbuat dari bahan sutra yang tipis (ya kan buat tidur, jadi biar adem), bisa kulihat tonjolan putingnya yang mencuat mungil di atas dadanya yang juga mungil dan di pinggulnya tidak ada siluet karet CD, dengan begitu aku berasumsi, mbak Yun tidak memakai sepotong baju dalam pun di balik kaos tidur istriku yang dia kenakan saat itu.

Aku menelan ludah. Di dalam otak kepala atasku bilang: Jangan! Jangan! JANGAN! Inget! Eling! Nyadar! Tapi di dalam otak kontolku: Hmmm, aku gak tahu apa yang ada di sana?! Si ****** langsung berdiri. Tegak! 100%! SIAP GRAK!!

“Duduk, mbak, nih sudah siap.” kataku.

Dia langsung duduk dan makan dengan lahap, kukira dia betul-betul lapar. Aku hanya menatapnya sambil tersenyum, aku lega dia sudah tidak canggung dan sungkan denganku lagi karena memang aku sebelumnya tidak begitu dekat dengannya.

Habis makan dia langsung berdiri. “Biar aku yang nyuuci piringnya, dik.” katanya, mungkin khawatir aku masih sungkan dan mencuci piring bekas makan kami itu sendiri.

“Waduh, mbak, gak usah… gak usah sungkan maksudnya. Heheh... Silahkan, tolong di cuciin, sekalian wajan bekas gorang telur tadi ya, dan please jangan lupa juga piring bekas sarapan tadi pagi, hehehehe…” jawabku cengegesan.

“Dasar…!” katanya sambil tertawa dan membawa semua piring ke tempat cuci piring lalu mulai membilasnya.



“Yap, giliranku mandi.” kataku sambil melompat dari kursi.


Bersambung...
Share:

Pembantu Ku Yang Semok Part 7


Hampir 20 menit aku menyangga kepalanya di bahuku. Tarikan nafas tersenggal karena tangisannya membuat tubuh kecil itu seperti dihentak-hentakkan ke dadaku. Setelah kurasa dia sedikit dapat menguasai diri, dia melepaskan pelukannya. Sambil kelabakan, mba Yun menghapus air mata yang masih meleleh di pipinya. Aku meraih tissue lalu membantu mengelapnya.

“Maksih, dik…” katanya.

“Untuk apa? Untuk telor gorengnya atau…”

“Untuk minjemin bahu buat mbak menangis, rasanya agak lega sekarang.”

“Kalo bahuku knock down, dan dapat dilepas seperti robot, tentunya aku rela melepasnya, tak pinjemkan ke mbak buat dibawa mbak ke manapun, kali-kali aja butuh sewaktu-waktu. Asal jangan ditinggal di halte aja.”

“Hehehe…” dia tertawa masih di antara senggalan sisa tangisnya. “Dan sorry, bajumu jadi basah gitu.” tambahnya.

“Gak pa-pa, mbak, udah biasa… soalnya gak tau kenapa cewek kalau ada di dekat-dekat aku pasti bawaannya basah melulu.” godaku.

“Hihihi… basah yang mana nih? Atas apa bawah?” jawabnya sudah mulai agak bisa bicara konyol lagi, walau masih di sela isak tangisnya.

“Ya atas bawah, hehehe…” candaku lagi.

“Hihihi… ada-ada aja.” jawabnya sambil masih mengusap air matanya yang masih mengalir.

“Eh, ini Thomas-Uber cup, gamenya Indonesia lawan mana sih? Ini system group kan?” kataku pura-pura mengalihkan pembicaraan ke tayangan TV.

“Nggak tau tuh, dik, mbak jarang nonton TV akhir-akhir ini.” jawabnya pendek.

“Ya kalo di sini, mbak boleh nonton TV sepuasnya, hehehe… eh, btw, maaf nih kalo terlalu mencampuri, mbak cuman make baju luar aja ya?” tanyaku menggoda dan becanda lagi.

“Maksudnya?” tanyanya balik.

“Maksudnya, kan di lemari ada juga daleman Ine. Kalau mbak mau, bisa juga di pakai, biar mbak nyaman…” lanjutku.

“Eh, darimana kamu tahu aku tidak memakai daleman? Kamu ngintip ya?” selidiknya dengan setengah becanda, sok pura-pura marah sambil menyilangkan tangannya ke dada.

“Busyet, curigation amat… ya kelihatan lah, mbak, emang saya anak kecil? Nggak, maksudnya cuman ngingetin aja, kali aja mbak mau make, cuman biar mbak nyaman aja. Jangan berpikiran salah gitu ah, mbak, sensi amat, macem lagi dapet aja, hehehe…”

“Maunya sih, cuman gak enak sudah ditolongin, masa CD-nya mbak pake juga. Lagian CD Ine bagus-bagus, pasti mahal-mahal ya?”

“Iya mungkin, ada sih beberapa yang tak beliin buat hadiah pas ada momen special. Emang agak sedikit mahal, tapi gak pa-pa, kalo mbak butuh, pakai aja. Tapi kalau mbak merasa nggak nyaman make CD orang, ya terpaksa nunggu besok, baru kita bisa belanja.”

“Iya, besok aja, lagian gak pake gini malah sejuk, hihihi… eh, btw, setahu mbak kalo suami sampai perhatian beliin CD istrinya, berarti sayang banget ya?”

“Ya biasa aja, mbak, sayang ya pasti dunk… tapi misal gak mau make CD-nya, kan BH Ine bisa mbak pake, daripada nyeplak gitu, bikin cenat-cenut yang ngelihat, hehehe…”

“Maunya… tapi BH Ine kegedean, punyaku kan kecil.” katanya tersipu sambil tangannya secara reflek melintang di dadanya lagi. “Lagian kamu juga, dik, ngapain lihat-lihat dada mbak?”

“Abis, imut banget sih, hihihi…”

“Dasar!”

“Lagian mbak juga lirak-lirik ke ‘ini’-ku,” kataku nyeplos sambil nunjuk kontolku yang masih ¾ tegang.

“Abis gede sih.” jawabnya gak kalah selebor. “Berapa cm tuh?” tanyanya.

“Hmm… gak pernah ngukur sih, mungkin sekitar 21cm kalau tegang penuh.” jawabku santai.

“Sshhhhppp… gak muat dah!” kata mbak Yun sambil membuat mimik muka linu.

“Nggak muat di mana? Mana tahu kalau belom pernah dicoba?”

“Hehehe… jangan mincing-mancing ah, ntar mbak mau lho, hehehe…”


Aku tidak menjawab, hanya tersenyum sambil menatap matanya. Dan seperti yang kuharapkan, dia balik menatapku, ini artinya dia sudah mempunyai tekad dan keberanian untuk melakukan apapun saat ini. Kulihat dia beberapa kali menelan ludah di tenggorokannya yang aku tahu pasti luar biasa kering sekarang. Aku yakin, libidonya benar-benar sudah terpancing.

“Ya udah, mbak, aku mau tidur, besok harus berangkat pagi soalnya ada kerjaan yang musti diselesein pagi-pagi. Kalau bisa aku ntar pulang setengah hari buat nganter mbak belanja baju dan keperluan apapun yang mbak butuhin.”

“Nggak usah ngerepotin, dik. Mbak nggak ada duit, ini aja mau minjem Ine buat balik ke rumah besok, kalo Ine sudah dating.”

“Halah, emang perlengkapan cewek berapa sih? Kalo cuman CD sama BH aja aku masih kuat kok beliin.” kataku memotong.

“Hihihi… makasih, dik, kalian sekeluarga baik banget.”

“Sudahlah, mbak, santai aja… btw, mbak malam ini bobo di mana ya?”

“Dimana aja mbak bisa kok.”

“Mmm… kamar jagoan (anakku)? Jangan, dia paling gak suka ada orang nyentuh kasurnya, soalnya kamar tamu masih belum dibersihin. Ehm, masa mau di kamar Lastri? Jangan ah, gini aja, mending mbak tidur di kamarku, aku tidur di sofa.”

“Jangan lah, dik, masa tuan rumah malah tidur di luar? Mbak aja yang tidur di luar malam ini, baru besok kamarnya mbak bersihin.”

“Jangan, mbak. Pokoknya mbak tidur di kamarku aja, aku yang di luar.” kataku sedikit memaksa.

“Iya deh. Kalo gitu, biar adil, kita tidur aja di kamar bareng…” usulnya.

Lha ini yang aku tunggu, aku paling suka untuk menggiring perempuan agar seolah-olah dia yang mengambil inisiatif. Sudah aku bilang kan kalo aku penjahat?

“Eh, apa gak bahaya tuh bobo bareng?” tanyaku.

“Enggak lah, bahaya apanya kalo bobo bareng, kalau melek bareng lha itu baru…” candanya.

“OK, kalau mbak maunya begitu.” lanjutku.

Di kamar, kami mulai berbaring. Dia memunggungiku sedangkan aku menghadap ke arahnya. Aku tutupkan selimutku, karena malam itu memang dingin, dan aku melihat dia meringkuk menahan dingin (ditambah, AC yang sengaja aku gedein dikit, hehehe…)

“Makasih,” katanya setelah aku selimutin.

“Yup.” kataku masih di luar selimut.

“Kamu tidak dingin, dik?” tanyanya.

“Lumayan, emang kenapa?” jawabku polos.

“Sini lah, masuk ke selimut.” katanya sambil masih memunggungiku.

Aku segera masuk ke selimut, masih berusaha menjaga jarak. Damn, aku sebenarnya konak benar, tapi di dalam otak sehatku masih ada sisa-sisa pertahanan untuk menjaga sisa-sisa kehormatan wanita malang ini, kakak iparku yang sudah dizolimi oleh suaminya. Maka melawan segala dorongan libidoku, aku menjaga jarak, walau sudah sama-sama berada di dalam selimut. Sampai mbak Yun sedikit membungkukkan lagi badannya. Sontak pantat kecil dia menyundul kontolku yang memang sudah sejak tadi berdiri tegak.

JDUG...!!!

“Ooughh...!” erangku pendek.

“Eh, maaf…” katanya.

“Gak pa-pa, emang selimutnya agak sempit kok.” kilahku singkat, padahal selimutnya lebih dari lebar, hehehe…

“Iya,” katanya tidak kalah singkat, tetapi tanpa menggeser posisinya.

Jadinya posisi kami sangat rapat, punggungnya menempel di dadaku. Bisa kurasakan detak jantungnya yang benar-benar tidak normal. Seakan berpacu. Dan pantatnya lembut menempel di kontolku, dengan pembatas dua lembar kain tipis, dasternya dan boxerku. Toh itu sama sekali tidak bisa membatasi sensasi panas yang terasa di kulit kontolku, entah apa efeknya terhadap pantat kecilnya. Aku melingkarkan tanganku ke badannyayang sejak dari tadi aku tarik ke belakang punggungku sendiri.

“Maaf, mbak, tanganku agak pegel kalau di belakang terus.” kataku.

“Iya, gak pa-pa, malah anget…” bisiknya.



Bersambung...
Share:

Pembantu Ku Yang Semok Part 8 Final




Dengan posisi memeluknya dari belakang seperti itu, otomatis lingkaran tanganku langsung mendarat di lokasi seputar dadanya. Libidoku tambah naik, meledak. Seakan benteng tipis pertahananku yang aku jaga mati-matian tadi dilabrak oleh peluru meriam super besar. Sekonyong konyong jebol, aku tahu pada titik ini, aku pasti sudah tidak akan bisa mengontrol diriku lagi. oh, betapa brengseknya aku…

Tanganku mulai merayap ke dadanya, menjamahnya dan meremas-meremasnya. Sedangkan tiupan nafas panasku sengaja aku semburkan ke tengkuknya. Dan di bawah, ****** tegakku kugesek-gesekkan ke belahan pantat kecilnya. Tidak ada indikasi perlawanan dari mbak Yun, aku kira dia mencoba pura-pura tidur, atau pura-pura tidak merespon kelakuanku. Tapi sekilas, aku dengar desahan kecil. Didorong oleh semua faktor, tanganku bergerak ke pinggulku sendiri, dan dengan gerakan cekatan seorang pejuang lendir, boxerku sudah kulepaskan. Kini tinggal ****** telanjangku menempel pada bagian luar dasternya. Dan sekali gerak lagi, daster itu terangkat sampai di pangkal pinggangnya. Terasa ujung kontolku menempel langsung dengan daerah yang sudah luar biasa basah. Vagina mba Yun!

Tanpa tunggu lama, tanganku kembali ke bukit kecil di dada mbak Yun, sedangkan kontolku berusaha menerobos memeknya yang sudah terlewati dua orang anak itu. Walaupun memek itu kecil, tetapi daya elastisitas dan cairan licin yang sudah melumurinya sangat memudahkan kontolku untuk menerobos relungnya. Bleeeessss…!!! Kudengar mbak Yun melenguh. Tetapi setengah jalan kontolku menyusuri lobang vagina lembutnya yang super basah itu…

DUK...!!! Mentok!

Apa kubilang, relung vaginanya cetek! Wanita dengan relung seperti ini sangat jarang, mungkin 1000:1. Dan rasanya ngentotin wanita model gini man… tiada duanya! Aku mendorong kontolku lagi. Kupaksakan. Aku merasakan dada mbak Yun berhenti bergerak, dia menahan nafas. Aku paksakan lagi, dan lagi, dan lagi. Kontolku melejat-lejat liar memenuhi relung vaginanya, seakan kontolku mengobok-obok semua relung vaginanya sampai batas yang terdalam. Aku tahan sumpalan kontolku di sana sejenak, lalu aku tarik mundur sedikit pantatku. Dan di saat dia melepaskan nafasnya. Sekuat tenaga aku lesakkan lagi ke dalam.

“HEGGGTTHH...!” sentaknya sepontan sambil menutupi mulutnya dengan tangannya sendiri.

Rangsangan itu begitu besar menerpa dadaku. Kenikmatan mentok di relung vaginanya, membayangkan letupan kebutuhan dan gairah seorang wanita menikah yang mungkin sudah berbulan-bulan tidak terpenuhi membuatku begitu melayang, begitu terangsang. Ditambah tingkah laku jaim yang ditunjukkan oleh kakak iparku itu, yang seakan tidak mau berterus terang kalau dia juga menikmati persetubuhan ini, membuatku semakin melayang.

Kutinggalkan dada mungilnya, kini tanganku mencengkeram erat pinggulnya, membantu hentakan gerakan pinggulku yang seperti kesetanan, bak piston dengan kekuatan penuh memompa relung vaginanya dari belakang. Sedangkan dia terlonjak-lonjak seiring dengan ritme sodokanku.

JEDUK..!! JEDUK..!! JEDUK..!! JEDUK..!! JEDUK..!! JEDUK..!!

Aku terus memompa, dan dia kini membekapkan kedua tangannya ke mulutnya sendiri. Linu, nikmat, sensasional… pokoknya sangat susah di gambarkan apa yang aku rasakan saat ini.

“EGH..!! EGH..!! EGH..!!” suara-suara hentakan nafasnya terdengar seiring hujaman kontolku di liang vaginanya.

Masih dengan kedua tangannya membekap mulutnya sendiri, aku melihat lelehan air mata di pipinya, tapi tanpa isyarat penolakan sama sekali, entah mengapa hal itu malah semakin melambungkan gairahku. Hampir 20 menit aku menyentak-nyentakkan kontolku di relung vaginanya, dan entah berapa kali aku merasa ada siraman panas di sana. Entah berapa kali mbak Yun mendapatkan orgasme, yang pasti giliranku hampir sampai. Aku hentakkan kuat-kuat pinggulku, kuhujamkan dalam-dalam kontolku di relung vaginanya dan kusemburkan pejuhku kuat-kuat di sana. Kurasakan dia juga mengejang dan menahan lenguhan…

CROTT...!!! CROTT…!!! CROOOTT…!!! CROOT…!!! CROTT...!!!

Entah berapa kali aku melejang, mengejang dan menyembur. Diiringi lenguhan, akupun lemas di belakang tubuh mugil kakak iparku. Sengaja kontolku tidak aku lepas, aku peluk dia lagi erat-erat dan kupejamkan mataku. Malam itu aku ingin tertidur dengan ****** masih ada di dalam vagina mbak Yun, kakak iparku yang mungil dan manis. Tak disangka, dia juga memeluk erat tanganku dan ikut tertidur pula di pelukanku.




====== The End ======
www.nagaqq.com
Share:

Pembantu Ku Yang Semok Part 3




“Lastri…” pikirku, tadi kami bertempur cukup seru, dan Rika pun teriak-teriak semau sendiri, mustahil kalau Lastri sampai gak denger. Gawat bin syahwat! Kalau sampai dilaporin sama istriku, bisa ancur-ancuran aku. Sambil berfikir, aku melirik adik iparku yang masih nyuci piring. Dari belakang, karena lampu dapur, celana hot pants kekecilan milik istriku yang dia pakai hampir tidak dapat menutupi benda apapun yang ada di baliknya. Pantatnya nampak nyeplak penuh, bergoyang-goyang seiring kegiatan dia mencuci piring. Kekhawatiranku tentang Lastri yang mungkin mendengar aktivitas kami tadi seolah langsung musnah, seiring libidoku yang terbakar dengan cepat melihat body adik iparku yang baru saja aku entotin tadi.

“Satu ronde lagi yuk, Rik!” aku tiba-tiba sudah di belakangnya, menempelkan kontolku yang sudah ¾ tegang ke belahan pantatnya dan berbisik tepat di telinga. Aroma rambut yang habis keramas menusuk sekali ke hidungku membuat libidoku tambah gak karu-karuan.

Rika menoleh ke arahku, menempelkan bibirnya di bibirku dan menggigitnya kecil, lalu sambil masih mencium dia berkata, “Ogah ah, aku merasa bersalah banget ama mba Ine.”

“Ayolah, kalau kita simpan ini di antara kita aja mana ada yang tau?” sanggahku sambil bibirku mulai mengenyot bibirnya.

“Gak mau,” katanya pendek, sambil menjulurkan lidah hangat dia, menyentuh ujung lidahku.

Libidoku tambah terbakar habis-habisan, aku nyosor bermaksud untuk French kiss dia dalam-dalam, tapi Rika lebih cepat menarik kepalanya ke samping, sehingga aku nyosor angin. Melihat aku tidak mendapat sasaran, dia cekakak-cekikik sambil menjulur-julurkan lidahnya, mengejek. Tangannya lalu menjulur meremas kontolku dan bilang, “Mbok coba kendaliin sedikit nih burung to, mas, kan kasihan mbak Ine. Mas selain sama aku pasti sudah ngesex sama puluhan wanita selama pernikahan dengan mbak ya? Hayo ngaku sama Rika, sudah berapa wanita yang mas entot selama nikah sama mbak Ine?” katanya lagi.

“Emmm...” aku gak langsung menjawab, cuman manyunin mulut. “Emang Ine pernah cerita apa aja?” tanyaku lanjut, perbincangan ini terjadi dalam posisi aku masih belum melepaskan pelukanku dari belakang kepada adik iparku itu. Dan kontolku juga masih dalam kondisi setengah tegang, menempel erat di belahan pantatnya yang hanya dialasi oleh celana hotpants ketat, tanpa celana dalam.

“Jawab dulu pertanyaan Rika, sudah berapa cewek mas entotin?” dia mendesak.

“Well, cuman ama kamu.” gurauku.

“Wekksss…” katanya sambil menggoyang-goyangkan pantatnya yang masih ditempel sama kontolku, membuatnya semakin keras menegang. “Berapa?” desaknya lagi.

“Kenapa sih?” aku masih mencoba ngeles.

“Say it straight like a man, berapa?” Rika terus mendesak. “Jujur sama Rika. Kalo mas jujur, gak akan merubah pandangan Rika ke mas, malah Rika akan membantu mencari jalan keluar, kalau memang libido adalah masalah mas selama ini.”

Tawarannya tampak menggiurkan. “Ok, gue akan jujur, tapi jawab dulu tiga pertanyaan mas dengan jujur pula.” kataku menantang.

“Ok, tanyakan langsung ke tiga pertanyaan itu di awal, Rika gak mau pertanyaan berikutnya adalah pengejaran dari pertanyaan sebelumnya.” jawab Rika. Sudah aku ceritakan dari awal kan kalo adik iparku ini emang cerdas, dan dia adalah salah satu tempat curhatku (dan istriku, mungkin). Dan tentunya gak pernah terlintas sedikitpun di otakku bahwa akhirnya aku entotin juga dia. Well, let’s call it a human error.

“Fine,” kataku. “Pertama, apa pandangan kamu tentang aku? I mean, selama ini, sampai… emmm, ok deh, including sampai aku ngentotin kamu barusan.” lanjutku.

“Ok, itu yang pertama.” jawab Rika. “Yang kedua?”

“Yang kedua, Ine pernah cerita ke kamu gak, dia pernah ato belum selingkuh… emmm, ok deh, gue frankly aja, ML sama cowok lain, selama kita menikah?”

Rika mengangguk mengerti. ”Ok, yang ketiga?”

“Trus yang ketiga, apa pertimbangan kamu kok sampai mau ML sama aku tadi, soalnya aku tahu kamu orang yang selalu penuh pertimbangan. Sudah itu aja.”

“Hihihi…” Rika ketawa kecil. “Pertanyaan mas gak seperti biasanya, kurang tajam, kurang berbobot, cuman seputaran ngentot aja. Agak susah ya mikir pas horny?” lanjutnya sambil masih ketawa-tawa dan menggoyang-goyangkan pantatnya menggoda.

”Ayo jawab.” tidak kutanggapi ejekannya.

“Ok, Rika jawab. Pertama, pandanganku tentang mas… mas itu orangnya sebenernya penyayang, bertanggung jawab, sedikit ganteng, eh jangan GR lho, tapi mas punya masalah besar, mas gampang horny. Dan masalah lanjutannya, waktu mas horny, mas selalu berhasil mendapatkan pelampisan instant dengan memanfaatkan kecerdikan, kata-kata manis mas, pesona, bahkan uang mas. Walau mas akhirnya menyesalinya, tapi toh siklus ini berulang tanpa mas mampu menghentikannya, entah kenapa. Jadi di mataku, mas bukan orang yang harus dibenci, melainkan harus ditolong.”

”Oh, gitu ya?” aku mengangguk-angguk.

“Kedua: yup, mbak Ine pernah ML sama cowok lain selain mas selama pernikahannya. Rika harap mas tidak egois dan tetap mencintai dan menerima mba Ine apa adanya, selain mas juga harus introspeksi, juga mba ine menyesal… menyesal karena BEBERAPA cowok yang pernah dia goda dan dia tiduri, tidak ada yang seberingas mas, hehehe…”

“Sumpe lo?” tanyaku menyela.

“Ga juga, aku cuman ngarang kok, jangan langsung GR gitu kenapa sih? Makanya besok lagi kalo ngentotin mba Ine, tunjukin kalo mas jantan perkasa dan unforgettable, jadi mba Ine cuman ML ama cowok lain kalo butuh variasi, bukan ngejar butuh, hihihi…”

“Omongan lo mulai ga enak, Rik! Ini kita bicarain istriku lho, kakak kamu lho...”

“Justru itu, makanya kita harus membicarakannya secara terbuka dan apa adanya, kebutuhan kebutuhannya, kelebihan dan kelemahannya, mengingat dia adalah orang yang sama-sama kita sayangi.”

“Ok... ok…” jawabku sekenanya. “Dan yang ketiga?” tanyaku lagi.

“Oo... apa tadi pertanyaan ketiga?” katanya.

“Ngeles lo, pertanyaan ketiga: pertimbangan lo mau ngentot ama aku tadi? Gak mungkin kalau kamu khilaf, I know u too well…” jawabku.

“Lha ini, baru berbobot… percaya apa gak, kalau aku sudah minta ijin mbak Ine buat menguji mas, apa sampai hati ngentotin aku, adik iparnya sendiri, dan kalau memang mas tega dan sampai hati, ini menjadi pertimbangan buat dia ngajuin gugatan cerai, dan ternyata… mas sampai hati!”

“Sumpeh lo? Boong abis! Yang bener ah...” sergahku.

“Hahaha… takut nih?” banyolnya selebor.

“Kurang ajar lo, Rik!” sergahku.

“Hihihi… ok, yang tadi boong. Sejujurnya, aku emang khilaf, aku lagi punya masalah sama cowokku. Ngelihat burung mas, body mas, lalu mas nempel-nempel, masuk separo, akhirnya ya sudahlah… ngentot-ngentot dah. Lumayan dapet kuda gratisan, hahaha…” Rika ketawa terbahak bahak.

“Gila lo, Rik. Hampir aja aku jantungan sama jawaban kamu sebelumnya, kalo sampai bener seperti itu, bisa mati beneran aku. Aku gak ngebayangin hidupku kalo mbakmu sampai ninggalin aku!”

“Hmm, aku seneng mas masih mikirin keutuhan pernikahan sama mbak Ine.”

“Ya iyalah! Gila apa? Mbak kamu itu masa depanku, satu-satunya yang aku mau untuk tua dan mati, ya cuman disamping dia.”

“Dan kelihatannya mbak Ine gitu juga, aku ngiri sama kalian berdua.” kata Rika lagi. “Walau kalian ini gila-gilaan soal ngentot sama orang lain, hahaha…” lanjutnya selebor.

”Ah, dasar kamu!” kuremas payudaranya.

“So…” katanya lagi. “Kalo aku bilang, demi mbak Ine aku gak mau satu ronde lagi, apa mas masih mau maksa, bujuk atopun seduce aku?” kata dia lagi. smart move girl!

“Nope!” kataku sambil mencium kilat pipi dia lalu mundur, dan mau berbalik ke depan TV lagi.

Tetapi tangan Rika tiba-tiba menjulur ke arah kontolku dan bilang, “Trus nih konti mau dibiarin berdiri tersiksa gini aja? Beneran nih bisa nahan? Ntar Lastri lagi jadi pelampiasan?” godanya.

“Gila lo! Ini emang kalo sudah berdiri susah disuruh duduk. Tapi biarin aja, ntar dibawa tidur juga dah kalem sendiri.” jawabku.

Rika tersenyum penuh misteri. Dia menyusulku ke sofa. “Kelihatannya Rika bobo sini aja deh, sembari ngawasin, jangan sampe mas nakal-nakalan sama Lastri, hihihi…”

“Pret, tai lo!” kataku ketus. “Eh, menurutmu Lastri tadi denger kita gak ya?” tanyaku.

“Denger, tadi dia sempet nanya aku, tapi dia sudah kukondisiin untuk tutup mulut dan dimakanannya yang tak kasih ke dia tadi sudah kucampur sesuatu, dia pasti sudah tidur pulas sekarang.” jawabnya cuek.

“Rika-rika, bisa aja lo, trus katanya lo gak bawa baju seragam?” sambungku.

“Ya besok pagi aja anterin ke kost pagi-pagi…”

“Iye, princess!! Eh btw, emang kamu tahu apa tentang Lastri? Maksudnya, kelakuan asli dia kalo di kampung? Kan dia dari kampung lo yang nun jauh di mato, hehehe…”

“Hmm… kalau masalah Lastri di kampung, aku gak begitu tahu, soalnya kan beda desa, cuman satu kecamatan doang. Tapi kalau tentang dia sama 'manusia hornian' yang ada di sini, hmmm…” katanya sambil nyolek kontolku dan melirikku binal.

“Maksud lo?!” kataku tanggap atas sindiran dia dan menepiskan tangan dia yang sudah mulai akan meremas batang kontolku.

“Please deh, mas… seakan mas bisa sembunyiin ini dari aku!”

“Ine tahu soal ini?” tanyaku lagi dengan sangat gugup.

“Nah kan bener! Gila lo, mas! Masa Lastri sih? Dia kan masih anak-anak!!” teriaknya sambil melotot ke arahku.

Sadar telah masuk ke dalam jebakannya, aku gak berusaha ngeles lagi. What did I tell u? She’s damn freaking smart. Shit!!

“Gak terjadi apa apa, jujur! Aku mergokin dia nonton bokep di kompiku, trus terjadi sedikit pembicaraan, lalu tiba-tiba dia ato aku entah siapa yang memulai, kita French kiss. But that’s all, saat itu aku bener-bener bisa kendaliin diri… entah malaikat apa yang masih menjagaku? Dan serius, aku nyesel seribu nyesel.” jelasku panjang lebar seakan malah curhat.

“Gila lo, mas! I don’t know, apa yang kamu punyain mas, tapi kelihatannya kok hampir semua cewek bertekuk lutut di depan kamu. Makanya kamu jadi gede kepala, trus jadi brengsek gini deh…”

“Hush, jaga bicaramu!” sergahku.

“Serius! Saat kamu apel pertama kali, aku sempet minta ke mbak Ine buat ikhlasin kamu buat aku, tapi mbak Ine bersikeras. Padahal dengan cowok-cowok dia yang lain, mbak Ine asik-asik aja.”

“Eh? Ngomong apa sih kamu, Rik? Jadi… halah, boong banget lo! I’m not your type kale…”

“Hmm,” Rika hanya menjawabku dengan senyuman. “Hehehe, cuman mo ngetes se-PD apa mas itu.” lanjutnya ngeles.

“Preet!” balasku.






Bersambung...
Share:

Libido Guru Private ku



Aku seorang lelaki berusia 23 tahun. Sudah 6 bulan aku mengajar sebagai guru les privat, salah satu muridku mempunyai Ibu bernama Ibu Rika dan kamipun semakin akrab. Entah kenapa aku mulai tertarik dengan Ibunya meskipun sudah setengah baya, bahkan aku ingin sekali merasakan kemolekan tubuhnya apalagi bentuk payudaranya rasanya ingin sekali meremasnya. Ibu Rika seorang ibu rumah tangga, umurnya sekitar 50 tahunan, kulitnya sawo matang, tinggi tubuhnya sekitar 165 cm, kedua payudaranya masih terlihat kencang aku taksir berukuran 36B, pinggulnya besar, bahenol dan montok, pantatnya padat dan berisi. Ibu Rika sendiri sudah bersuami dan mempunyai 5 orang anak, walaupun wajahnya sedikit berkerut namun tubuh Ibu Rika masih menggairahkan dan sehari-hari Ibu Rika sering mengenakan baju gamis yang bermotif terusan hingga ujung kakinya dan berjilbab sehingga Ibu Rika tampak alim dan santun.

Sesuai dengan jadwal private yang telah disepakati, yaitu jam 09.00 pagi - 11.00 siang karena anak Ibu Rika masuk sekolah siang. Aku mengajari les privat 2 kali seminggu. Pada awalnya semua berjalan lancar, seperti layaknya les private pada umumnya. Sampai pada suatu hari sesuai dengan jadwal, aku datang ke rumah Ibu Rika dengan maksud memberikan private pada anaknya tetapi ternyata yang ada hanya Ibu Rika, kata Ibu Rika anaknya keluar dengan temannya karena suatu keperluan sekalian berangkat sekolah jadi tidak pulang lagi ke rumah. Lalu kamipun ngobrol di ruang tamu, keadaan rumah Ibu Rika sepi sekali maklum hanya Ibu Rika sendiri yang di rumah ketika hari kerja dan hari itu Ibu Rika mengenakan blouse lengan panjang warna hijau dan rok panjang warna abai-abu namun tanpa jilbab.
“Sudah semester berapa sekarang?” tanya Ibu Rika memulai percakapan.
“Sudah semester akhir sih, Bu” jawabku.
“Wah… hampir selesai dong! Kalau sudah lulus, nggak ada lagi dong ngasih private....” kata Ibu Rika.
“Ah, masih lama juga sih, Bu” jawabku merendah
“Kerasan kuliah ya? nggak kepingin merit?” tanya Ibu Rika yang lumayan mengagetkanku.
“Pingin sih, tapi kerja aja belum, masa dah mikir merit....?” Jawabku.
“Kamu itu gimana sih? ntar nyesel nunda-nunda kawin....” kata Ibu Rika menggodaku.
“Nyesel kenapa, Ibu Rika?” tanyaku.
“Dasar anak muda! Kawin itu enak lho…!!” kata Ibu Rika.
“Kalau mikirnya gitu-gitu aja sih memang enak, tapi tanggung jawabnya besar kan, Bu?” Jawabku.
Tiba-tiba Ibu Rika bangkit dari tempat duduknya, lalu ia duduk di sampingku. Aku terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Ibu Rika, tetapi tiba-tiba ia berbisik di telingaku…
"Kalau kamu mau, kamu nggak perlu mikir masalah tanggung jawab, Nak Rey!” begitu bisik Ibu Rika di telingaku.
Seketika itu juga, tiba-tiba tangan Ibu Rika menyentuh kemaluanku yang tidur di balik celana jeans yang kukenakan.
“Bu! kalau ada keluarga Ibu Rika datang gimana?” tanyaku gugup dengan aksi Ibu Rika terhadapku.
Mendengar pertanyaanku, Ibu Rika mendorong tubuhku hingga terbaring di Sofa dan menindih tubuhku lalu kembali berbisik.
“Tenang saja! Sampai sore hanya kita berdua di rumah....." kata Ibu Rika.
Dalam perasaan gugup bercampur birahi yang menggoda, tiba-tiba Ibu Rika yang duduk di atas tubuhku terbaring di sofa mulai melepaskan bajunya sehingga payudara Ibu Rika yang besar tertutup BH putih kini terlihat jelas di depan mataku, Ibu Rika melepaskan rok panjang yang Ibu Rika kenakan sehingga hanya BH dan CD yang masih menempel di tubuh Ibu Rika.

Sejujurnya aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka ini, tapi rasa gugup dan terkejut masih menyelimuti hatiku. Di saat itulah, tiba-tiba Ibu Rika berusaha membuka kancing celanaku dan menurunkan reslitingku. Tampak Ibu Rika tersenyum padaku, akupun berusaha melempar senyumku dan seketika itu juga kuturunkan celana jeansku dan kubiarkan Ibu Rika yang mengeluarkan penis dari celana dalamku. Batang penisku yang sudah tegang, langsung menyembul keluar setelah Ibu Rika menurunkan CDku. Beberapa saat Ibu Rika memandangi dan meremas batang penisku, lalu Ibu Rika mulai menunduk dan memasukkan penisku ke dalam mulutnya. sebuah kenikmatan yang tak tertahan saat lidah Ibu Rika membelai kepala penisku. 5 menit Ibu Rika mengulum penisku, aku tidak mampu menahan punjak birahi yang sudah berada di ubun-ubun dan akhirnya cairan spermaku keluar di dalam mulut tante yang sedang asyik memainkan lidahnya di kepala penisku. Melihat cepatnya aku mencapai puncak, Ibu Rika bukannya kecewa. Ibu Rika malah tersenyum dengan lelehan sperma di bibirnya. Ibu Rika mengeluarkan sisa sperma yang masih berada di mulutnya dan meludahkannya ke batang penisku. Kemudian Ibu Rika kembali mengulum penisku yang mulai melemah selama beberapa saat. Dengan bibir yang masih berlumuran sperma, Ibu Rika kembali menjatuhkan tubuhnya di atas tubuhku, lalu mencium bibirku. kucoba untuk membalas reaksinya dengan menyambut lidahnya yang masuk ke mulutku. Aku tidak perduli dengan bau spermaku sendiri yang masuk ke tenggorokanku, yang kupikirkan hanyalah bagaimana caranya agar penisku bisa kembali bangkit dari kematiannya. Kucoba meremas-remas payudara Ibu Rika yang masih terbungkus BH, setelah puas berciuman mesra di sofa, v bangkit dari tubuhku. Ibu Rika kemudian menarik celana Jeans dan CDku sampai terlepas dan memintaku untuk melepaskan baju juga begitu juga Ibu Rika sehingga kamipun sudah telanjang bulat. Tak lama kemudian Ibu Rika menutup dan mengunci pintu rumahnya, lalu Ibu Rika kembali menghampiriku dan memegang tanganku. Ibu Rika menarikku menuju sebuah kamar yang bisa dipastikan adalah kamar tidurnya. Setelah berada di dalam kamar, dalam posisi berdiri kami kembali berciuman. Puas berciuman, Ibu Rika menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Tanpa pikir panjang, kudekati tubuh Ibu Rika. Lalu kumulai aksiku dari menaiki tubuh Ibu Rika dan mencium bibirnya. Bibir dan lidah kami saling beradu dalam suasana yang penuh birahi. Sambil terus berciuman, kuremas salah satu payudara Ibu Rika dengan salah satu tangan menopang berat tubuhku agar tidak menindih tubuh Ibu Rika.

10 menit aku melumat payudara Ibu Rika, hingga akhirnya batang penisku kembali mengeras. Dalam suasana penuh nafsu yang tak tertahan, kusentuh selangkangan Ibu Rika. Kucoba untuk memasukkan jariku ke belahan di pangkal paha Ibu Rika. Tidak terlalu sulit untuk mendapatkannya, hingga dalam beberapa detik, aku telah berhasil menenggelamkan jari tengahku di lubang vagina Ibu Rika. Sesaat kemudian, kumainkan jariku di lubang yang basah itu, sehingga membuat Ibu Rika mendesah. Tanpa terlalu lama bermain dengan dengan vagina Ibu Rika, aku mulai berpikir untuk memasukkan penisku yang sudah cukup keras ke dalam lobang vagina Ibu Rika. Aku merubah posisiku, lalu mengarahkan kepala penisku ke belahan di sela paha Ibu Rika. Tampak batang penisku tidak terlalu sulit untuk menerobos masuk ke vagina Ibu Rika karena vagina Ibu Rika sudah tampak banjir oleh cairan kewanitaannya sendiri. Rasa yang kudapatkan saat menggenjot lubang vagina Ibu Rika sungguh tidak bisa kulukiskan dengan kata-kata. Batang penisku yang terjepit oleh dinding vagina yang kenyal benar-benar memaksaku untuk menuju puncak birahi. 15 menit aku melakukan hal tersebut, dapat kurasakan bahwa desiran darahku seakan berkumpul di pangkal penisku. Saat itulah, aku semakin meningkatkan tempo permainanku, hingga akhirnya aku tidak tahan lagi. Kuhentakkan pantatku sekeras mungkin sehingga penisku tenggelam sempurna di dalam lubang vagina Ibu Rika dan ku rasakan spermaku keluar dan mengisi lubang vagina Ibu Rika.
"Ibu Rika.....saya keeelluuuaarrrr......" kataku.
Crrroottt....Crrroootttt....Crrroootttt.... Begitu deras dan banyak sekali penisku memuncratkan cairan sperma sehingga vagina Ibu Rika banjir oleh cairan kenikmatan kami berdua. Setelah denyutan penisku melemah, Ibu Rika menarik keluar batang penisku dan aku langsung membaringkan tubuh di samping Ibu Rika. Kemudian kami berdua berpelukan, dalam kepenatan tersebut aku masih sempat mencium keningnya, bibirnya dan kadang-kadang puting susunya kujilatin. Akhirnya setelah merasa puas dengan permainan yang pertama, hari itu kami melakukan hubungan seks sebanyak 3 kali.

Sampai sekarangpun kami masih rutin berhubungan seks, tiap selesai mengajari anaknya les private dan setelah anaknya berangkat sekolah kamipun dengan bebasnya berhubungan seks karena hanya Ibu Rika sendirian dan bahkan pernah suatu malam Ibu Rika menyuruhku untuk menyetubuhinya ketika suaminya sedang dinas keluar kota dan anak-anaknya sudah tidur.
Share:

Kamis, 28 Januari 2016

[ NYATA ] Keponakanku 15 tahun





Keponakan 15 Tahun Hot

ku kuliah di suatu perguruan tinggi di kota Propinsi yang cukup ramai dan banyak hal yang aku dapat dari situ, dari hal baik sampai hal yang tidak baik. Aku sangat menikmati kehidupan masa kuliah yang menyenangkan karena mempunyai teman-teman dari berbagai daerah dengan logat yang berbeda-beda, sehingga kita sering tertawa kalau salah satu dari kita menggunakan bahasa asli daerah karena memang temannya yang lain terasa asing dengan kata-kata itu.

Aku kost di salah satu rumah warga yang dekat kampus dan aku merasakan keluarga ini menyenangkan sekali karena bisa menerima aku dan sampai-sampai disuruh memberikan didikan pada anak-anaknya yang masih *** dan sma yang baru memulai belajar mendapatkan karakter di hidupnya, dan setiap setengah bulan sekali aku pasti pulang untuk mengambil uang saku dari orang tua yang lumayan cukup di kehidupan kami.

Oh ya………….desa aku berada cukup ramai karena ada sekolah setingkat *** dan SMA Swasta yang bukan hanya satu tetapi mungkin ada 3, jadi banyak anak-anak dari desa lain untuk sekolah di tempat kami. Begitu juga dengan anak saudara kami dari seberang desa……..yang juga sekolah di sini, karena rumah orang tua aku sangat dekat dengan tempat sekolahnya maka keponakan aku tinggal dirumah orang tua aku.

Desy namanya, anaknya cantik dengan tubuh yang sedikit berisi….. dengan hidung mancung, mata agak sedikit sipit……..rambut lurus panjang dan cukup molek. Belum ada sesuatu yang menonjol tentang bagian-bagian yang sensitif di seluruh tubuhnya……….payudaranya belum kelihatan…….dan suara juga belum berubah, keluarga kami sangat menyayanginya.

 AGEN BANDARQ TERBAIK | BANDARQQ | BANDARQQ ONLINE | AGEN DOMINOQQ | DOMINOQQ ONLINE | ADUQ

Suatu hari ketika aku pulang untuk mengambil uang saku dengan kendaraan MegaPro kesayangan………..hari itu aku masih ingat….Jum’at sore ketika habis kuliah terakhir aku pulang ke kost sebentar lalu langsung cabut untuk pulang kampung……….kira-kira 2.5 jam perjalanan aku menuju ke kampung aku. Sampai di rumah sudah agak gelap karena jam 17.30 wib……..aku parkirkan kendaraan di sebelah rumah dan langsung masuk dari belakang seperti kebiasaan aku setiap harinya kalau di rumah………….”Bu………………..ibu……….”biasa aku menyapa Ibu kalau pulang. Lama aku tunggu ibu sambil melepas tas dari punggung dan melepas sepatu tetapi yang keluar Desy……….sambil berkata “Mas………Ibu, Bapak dan Adik pergi ke Kroya…………..belum tahu ya……..kan anaknya budhe Artin yang bernama iwan besok nikahan………….”. Sambil melepaskan sepatu aku lihat wajah Desy sambil mengangguk-aggukkan kepala…”Kenapa kamu nggak ikut Des……….?” tanya Aku, “Aku nggak ikut Mas………ada mid semester di sekolah” jawab Desy sambil menunggui aku yang masih kelelahan. “Aku buatkan teh hangat ya mas………….” tanya Desy pada Aku……….”Eh…….nggak usah repotin kamu nanti……………” Jawab Aku………..tetapi aku perhatikan Desy tak mendengarkan kata-kata Aku tetapi Dia sudah menuju ke dapur untuk membuatkan Aku teh hangat……….

Aku keluar rumah untuk melihat-lihat keadaan sambil mencium bau daun-daun di sekitar rumah yang masih tumbuh dengan segar……..tak seperti di kost yang sudah penuh dengan rumah tanpa ada tempat sedikitpun untuk tumbuh pohon yang rindang. Ketika sudah agak gelap aku masuk rumah dan mau mandi untuk bersihkan tubuh yang lengket karena keringat dan asap mobil………Aku ambil handuk dan menuju bilik ganti di sebelah kamar mandi………sambil melepas seluruh pakaian yang sudah kotor……….tetapi aku kaget ketika Desy keluar dari kamar mandi tanpa pakai baju sehelaipun…..memang handuk dan pakaian gantinya ada di balik bilik tempat aku berada………..aku tertegun melihat Desy……..begitu juga Dia………….Dengan reflek…aku langsung melihat ke bawah di antara selakangan dan darah lelaki naik…………..tanpa sadar Aku sudah merengkuh tubuh Desy yang masih kecil dan ranum………dengan payudara yang agak sedikit menonjol……….Desy tertunduk malu…….dan membiarkan tangan aku mengelus semua bagian tubuhnya……..

Aku berusaha mengulum bibirnya yang masih ranum………tetapi Desy menolak……..Aku mengarahkan tangannya yang lembut untuk memegang Senjata yang sudah menegang tak aturan………..darah aku semakin memanas karena jantung aku terasa berdebar lebih keras………”Takut Mas……..aku takut……………” Kata Desy sambil badannya bergetar…………..”Nggak usah takut………aku sayang kamu…………….” jawab Aku berbisik di telinganya. Desy mulai cair dan mulai meremas-remas Senjata Aku yang udah tak karuan………sambil aku tuntun untuk semakin mempercepat remasannya………….ough………..ough……….Aku merasakan nikmat………..Aku mulai dengan halus meremas-remas………milik Desy di antara dua selakangannya yang masih di tumbuhi……..rambut tipis……………Desy mngelinjang dan semakin kencang meremas senjata Aku ough………………..desah Aku menikmati remasannya……….

Kepala Desy Aku turunkan berhadapan dengan senjata yang menegang…Desy melihat Aku sambil geleng-geleng……..”sayang aku ingin…………….” kata Aku merayunya………..tetapi dia geleng-geleng ………dengan sedikit memaksa……..Aku arahkan kepala Desy menuju ke senjata Aku dan mulai mulutnya yang masih lembut menyentuh senjata Aku………ough………..nikmat dan mulai Aku rasakan panas mulut Desy di senjata………….ough……………..ough………..rintih Aku sambil mengelus-elus rambut Desy yang lurus panjang sebahu dan rambut yang menutupi wajahnya yang cantik Aku singkirkan………ough………….ough………….senjata Aku semakin keenakan karena mulut Desy terasa semakin panas………….

Aku gendong Desy yang masih telanjang menuju ke kamar Aku dan meletakkan di kasur………..Aku lumat bibir Desy dan mulai meremas-remas bagian sensitif di kedua selakangan yang putih bersih…..nafas Desy terasa sesak dan mendesah ah………….ah…………..Aku dengan lembut meremas-remas bagian itu dan mulai melumat dengan lembut kedua puting payudaranya yang masih kecil………Desy mengelinjang dan mendesah ough………….ough………..sambil kedua tangannya mencengkeram kencang ke dua lengan Aku…………..”Des……lampu belum dinyalakan dan pintunya masih terbuka…….aku mau menutupnya dulu…” bisik Aku………..Desy mengangguk dan dengan hanya memakai handuk aku menghidupkan semua lampu dan menutup semua pintu dan dengan tergesa-gesa menuju ke kamar tempat Desy yang masih telanjang.

AGEN BANDARQ TERBAIK | BANDARQQ | BANDARQQ ONLINE | AGEN DOMINOQQ | DOMINOQQ ONLINE | ADUQ

Aku langsung menerkam Desy dan mulai melumat lagi putingnya dan menuju ke bawah……….untuk melumat bagian yang sensitif oh……….masih kecil dan sedikit menonjol disekirnya ditumbuhi rambut kecil yang halus………………..dengan menjulurkan lidah aku raih bagian sedikit membuka dengan pelan…….Desy mengelinjang dan aku mulai menerobos untuk membuka lubang depannya ough……………masih kecil dan tertutup rapat………….ough………ough desah Desy sambil Aku merasakan getaran hebat di dadannya ketika ujung lidah menuju lubang yang masih kecil………….Desy benar-benar bergetar…………..ough……………ough………….cairan putih keluar dari lubang itu berkali-kali dan bagian sensitif itu semakin berlendir………..

Aku sudah tak sabar karena Desy sudah benar-benar merasakan kenikmatan………….Aku dengan pelan-pelan memasukkan senjata ke dalam lubang itu…………….ah………..Desy menolak dan sedikit mendorong tubuhku untuk memegang senjata Aku dan mulai mengarahkan ke tempat yang pas ough………….ah………rintih Desy sambil berpegangan seprei yang sudah berantakkan……..ketika aku masukkan sedikit Desy merintih ah……………..ough………tetapi semakin lama semakin dalam dan ada bercak darah yang keluar………..Aku berbisik di telinganya “Aku sayang kamu………..Des………….”, “Aku juga sayang kamu Mas……..” ucap Desy sambil memperhatikan wajah Aku………sedikit aku cabut senjata dan aku masukkan pelan-pelan……….Desy merintih aah……………ough………..sambil mencengkeram erat di kedua lengan Aku…………….dan aku semakin berani mengerakkan senjata Aku………..Desy merintih nikmat ough…………….ough…………..sambil sedikit menahan sakit ah………………..ough……………..Aku sudah tak tahan dan Aku keluarkan senjata dan mulai keluar kenceng…………….crot……….ough………………..ough………………..perut Desy penuh lendir dari senjata ough……………ough…………….Aku arahkan senjata ke mulut Desy dan mulai di cemut……………ough……………ough……..Aku mendesah nikmat…………………Aku tergeletak di samping Desy……….dan Desy mengelus-elus dan menciumi tubuh Aku dan mulai meletakkan kepalanya di pundak Aku yang sudah terkulai………

Aku bagun…….kaget karena Desy sudah tidak ada dan aku masih telanjang dan kulihat jam dinding sudah pukul 20.30 wib. Ternyata Aku belum mandi aku segera cari celana dan kaos dan segera mencari Desy………..dan memanggilnya “Des………..desy…….” panggil Aku sambil keluar dari kamar………ternyata Desy udah ada di dapur sedang memasak telur mata sapi……….Aku ke arahnya sambil mendekapnya dari belakang dan mencium rambutnya dan terasa senjata Aku mulai agak menegang ketika mengenai pantat Desy……..”Sana kakak cepat mandi dulu nanti makan ………….” pinta Desy…….Aku dengan masih mendekapnya berbisik “Aku mau mandi kalau di mandiin kamu sayang……………”. Desy cuma tersenyum sambil menganggukkan kepalanya………….”Tapi makan dulu ya aku udah lapar……..” kata Desy………sambil menaruh telor mata sapi ke piring dan membawanya ke meja makan.

Dia mengambil dua piring dan segera mengambilkan nasi dan lauk ke piring Aku yang sudah duduk duluan……….dan Desy duduk tepat dihadapan Aku………..Dia tersenyum dan mengajak Aku untuk mulai makan…………….Aku makan dengan lahap karena dari tadi sewaktu dari kost belum makan, sambil memperhatikan Desy yang masih agak malu Aku perhatikan sambil ketawa……..selesai Aku makan…….menuju ke tempat duduknya dan berbisik ditelingannya “Sayang gimana rasanya enakkan………..” Desy membalikkan badan dan mencubit pinggang Aku sampai terasa sakit “ough……………..sakit” jerit Aku sambil menghindar dari kejaran Desy…………..Aku berhenti mendadak dan Desy menubruk Aku dan kami tersenyum sambil berpandangan………….mulutnya aku lumat dan Desy diam menikmati dan mulai sedikit membalasnya dan tangannya mulai memegang senjata yang mulai menegang………”Ayo…….aku gedong ke kamar mandi……….” bisik Aku ditelinganya Desy menganggukkan kepalanya…….dan mulai Aku gendong menuju kamar mandi……….dan Aku mulai melepas celana dan kaos dan mulai kelihatan senjata aku dan Desy agak malu untuk melihatnya………….Aku ambil kursi plastik untuk duduk dan mulai menyuruh Desy melumuri sabun ke seluruh tubuh…….sambil melepas satu persatu kancing baju Desy dan selanjutnya melepas BH dan Celana dalamnya…………….Aku melumuri seluruh tubuh Desy dengan busa sabun yang ada di tubuh aku dan membawanya menuju kedua belah regangan kakinya dan mulai mengusap-usap bagian sensitif itu dengan busa…Desy sedikit mengelinjang sambil berpegangan ke bahuku………

“Hay des……..gosokkan tubuhmu ke tubuh Aku………” pinta Aku pada Desy………..Ia menganggukkan kepala sambil tersenyum dan mulai menggosokkan kedua puting payudaranya yang masih kecil ke tubuh aku yang penuh busa ough………………..Aku terpejam sambil menikmatinya……………..terasa mengelitik puting Desy kebagian tubuh…………..tangan ku julurkan kedepan……..diantara selakangannya dan Desy mulai memberi busa bagian sensitifnya dan mulai mengosokkan miliknya ke sekujur tangan Aku yang kanan……………geli………….ough………….Aku perhatikan Desy memejamkan matanya dan mulai terasa panas pegangan tangannya di bahuku dan dia merintih……………ough………….ough…………sambil matannya terpejam…………….dia membalikkan badannya dan terus menggosok lengan aku dengan miliknya yang paling sensitif ough…………….Aku merasakan terasa hangat bagian itu……….senjata semakin mengencang Aku rasa dan Desy ternyata Aku lihat udah paham dan dengan suka rela dan penuh nafsu……..menyiram senjata Aku dengan air dan mulai mengulumnya dengan pelan………….ough………………..ah………….Aku merintih “Des……………enak sekali…………….” seru Aku tak terkendali Desy semakin bersemangat ough………………….ough……………..Aku merintih terus-menerus karena memang enak sekali……………sambil aku berusaha mencari miliknya yang sensitif untuk melumurinya dengan busa dan meremas-remasnya……………..ough……………..

Aku sudah tak tahan……………Desy Aku pegang dan suruh menunging sambil berpengan pinggir bak mandi dan mulai memasukkan senjata ku ah……………..jerit Desy agak kesakitan………….dan mulai memegang senjata untuk mengarahkan ough………………….ough……………rintih Desy sambil menahan sedikit sakit……………….Aku jadi pelan-pelan menahan gejolak darah yang semakin membakar………………..ough…………….ough………………ough……………..sam bil menunduk Desy mendesah-desah………….Aku balik badannya dan Aku masukkan lagi………….ough………………dan Aku gendong didepan sambil masih senjata didalam miliknya…………….dan aku berjalan menuju ke kamar ough………………..ough………….ketika di jalan bokong Desy aku angkat dan turunkan keenakan ough………………..ough……………sambil kedua tangannya dilingkarkan dileher Aku…………………ough………….Aku turunkan di kasur dan mulai Aku gerakkan pinggul………..ough……………..ough…………..jerit Desy sambil sedikit menahan tubuh…………….dengan mata yang terpejam sambil menahan nikmat ough……………..ough……….sesekali memegang senjata agar tak terlalu masuk ough………………..ough………….rintih Desy antara keenakan dan menahan rasa sakit………….Aku udah tak ingat suara rintihan Desy karena Aku benar-benar menahan nikmat ough……………..ough…………….ah………………ah………..Desy merintih keras ketika Aku sudah tak terkendali untuk mengoyang pinggul aku keluar masuk…………….dan Aku keluarkan senjata dan ah………………….jerit aku ough………………..crot…………………lendir keluar keras dan aku letakkan di perut Desy………………….Aku lihat desy dengan mata terpejam dan tangan meremas erat seprei yang udah berantakkan dan di bawah pantatnya banyak bercak-bercak keperawanan…………..aku lemas tak berdaya tiduran di sebelah Desy yang masih klimaks………….

Kami terkejut karena HP berdering dan Desy langsung bangun karena hafal dengan suara dering HP tersebut……….dan lari menuju kamarnya. Aku mengikuti dari belakang “SMS dari siapa Des……….” tanya aku sambil menyelidik…….”Ini dari teman aku santi tadi aku sms untuk menemani udah didepan pintu….” kata Desy sambil mengambil pakaian dan melihat ke arah aku untuk memberi tanda biar cepat untuk mengambil pakaian karena aku masih telanjang bulat. Aku lari menuju kamar dan segera ganti baju dan merapikan rambut aku di kaca karena berantakan.

Kudengar dari kamar mereka sudah bercengkerama dan sedikit-sedikit tertawa………..aku penasaran juga pada teman Desy yang bernama Santi karena dari suarannya waktu gobrol kelihatannya anak ini cantik. Baru mau keluar kamar Desy udah memanggil “Kak……….teman aku mau kenalan nih………..”, Santy menimpali “Nggak kak…………..Desy…….bercanda……….”. Aku keluar dan benar juga………Santi benar-benar cantik…..seperti Indo dengan mata yang bulat dan Indah……….dan sedikit bongsor tak seperti anak Indonesia. Beberapa detik kami saling berpandangan dan tersenyum………….dan Santi sedikit malu tetapi kelihatan lebih tegar dan menyapa “Halo………..kakak……….baru datang ya…..” sambil mengulurkan tangan ke arah Aku “Nama aku santi temannya Desy………..”. “Ya……..ya…….tadi Desy udah cerita kalau kamu mau menemani karena dia sendiri dirumah, tak tahu kalau aku pulang…………..tidur disini aja ” sapa aku…….Santi menganggukkan kepalanya sambil tersenyum ke arah Aku……..
AGEN BANDARQ TERBAIK | BANDARQQ | BANDARQQ ONLINE | AGEN DOMINOQQ | DOMINOQQ ONLINE | ADUQ

“Disana ramai ya kak………tak seperti sini………” tanya Santi dengan santai dan akrab banget….”Ya…….begitulah karena kota propinsi pasti cukup ramai………..” jawab aku sambil mengambil majalah yang ada di meja. Aku perhatikan Santi memang banyak bicaranya dan supel dan menyenangkan jadinya baru ketemu saja udah akrab banget tetapi aku juga menjaga perasaan Desy………”Eh….temannya dibuatkan minum dong………….” pinta Aku pada Desy tersenyum dan menuju ke belakang sambil agak berlari-lari kecil. “Kakak pasti udah punya pacar kan ?………” tanya Santi sambil menoleh ke arah aku dan tersenyum……….pasti dong kan mahasiswa cerocos Santi tanpa menunggu jawaban Aku………..Aku cuma tersenyum padanya……….”Aku belum punya pacar tolong dong cariin………” jawab Aku menantangnya……..”Ehmmmm………….nanti ada yang marah kak…..” kata Santi sambil melirik ke arah Desy yang sedang menaruh teh di meja………”Ih………kagak………masak Aku dengan kakak……………” sela Desy…….sambil tersenyum ke arak aku penuh arti……….

“Yang benar aja Des…………..nanti kalau aku mau sama kakak kamu gimana……………” goda Santi pada Desy…………..”Benar…….aku tidak apa……….” sela Desy………”sudah-sudah semua pacar aku deh……….” sahut aku bercanda dan desy sama santi menyahut hampir bersamaan “Enak aja…………..”. Aku perhatikan Santi sudah pernah pacaran tetapi mungkin belum pernah merasakan senjata………….dan aku lihat sekali-sekali mencuri padang ke arah Aku……………sampai Desy cemberut di buatnya………..Aku lihat Desy mulai kantuk dan mengajak Santi untuk tidur………..tetapi Santi menolak “Sebentar………aku lagi baca seru nih……………”. “Aku bobok dulu ya dan kamu biar ditemani kakak……….” kata Desy sambil menuju ke kamarnya karena lelah mendapat bogem mentah dua kali dari Aku.

Aku dan Santi sibuk membaca majalah sendiri-sendiri dan tak kami sengaja ketika dia memperhatikan aku…………..mata aku juga menuju ke arahnya beberapa detik kami sambil melihat dan Aku mulai tersenyum mengodannya dan berdiri untuk menghampirinya dan tak tahu awalnya aku sudah menidurkannya di sofa dan mulai melumat bibirnya sambil memasukkan tangan ke dalam rok pendek dan mulai meremas-remas bagian itu………..sesekali Santi mengelinjang……..dan aku sudah menemukan payudara yang cukup kenyal tak seperti Desy……….dan mulai aku singkapkan kaos dan BH nya………….dan mulai melumat…………..Santi hanya bisa mendesah ough………………ough…………..aku tak sabar untuk memulai dan takut kalau Desy melihatnya makanya langsung aja aku lepas celana dalam Santi dan mulai mengulumnya………..ough………ah…………….desahan Santi semakin keras………..aku lepas celana dalam aku dan duduk………lalu pantat santi aku arahkan ke senjata yang menegang dan ough……………jerit Santi ketika senjata aku tak pas masuknya dengan dituntun jari jemari lentik Santi senjata mulai menembus lubang diantara selakangan putihnya dan ough…………..ough…………….Santi merintih sambil mendekap ke arah aku……….ough………………ah……..ketika sedikit aku goyang pinggul dan pantat………………ough……………ough…….rintih mulut Santi didekat telingaku karena tangannya memegang erat leher aku sambil merintih………rintih keenakan………….ough………….ough…………..karena ketakutan sama Desy……………Aku keluarkan senjata aku dan ough………….crot………….crot………….dan aku berbisik dengan Santi……….”Nanti pura-pura tidur kalau aku main dengan Desy………..dan ketika aku sudah main kamu pura-pura bangun…..pasti Desy……..memperbolehkan Aku berhubungan dengan kamu”………..Santi menganggukkan kepalanya untuk menuju ke kamar mandi…………..

Beberapa menit kemudian dia sudah menuju kamar Desy untuk tidur……….seperti udah aku susun rencana. Aku tunggu 15 menit dan akupun masuk ke kamar Desy………dan aku perhatikan Desy tidur di sebelah pinggir dan Santi di sebelahnya hadap ke tembok…..Desy………agak kaget waktu aku masuk ke kamarnya dan memberi tanda sambil menunjuk-nunjuk Santi……….Aku berbisik ditelinganya “Aku……….sudah tak tahan ingin lagi………”. Desy memberi tempat dan Aku dan Desy mulai mengulum dan aku mulai cepat melepas celana dalam dan melepas semua yang melekat di tubuh Desy…….dan langsung menancapkan senjata ough………..rintih Desy……………Aku pura-pura memberi tanda telunjuk padanya dan mulai mengoyang……….ough……………..ah rintih Desy agak keras dan aku lihat Santi pura pindah menghadap ke arah kita dan…….Hah……….Santi bangun dan melihat ke arah Desy……..Aku pura-pura memberi isyarat pada Santi dan bicara pelan…….”San nggak usah cerita ya………..” dan Santi menyahut…….”Asal aku boleh sambil melihat ke arah aku………” dan Aku meminta restu Desy……..Desy mengangguk …………..dan aku mulai melepas juga semua kain yang menutupi tubuh Santi…….dan kita bertiga telanjang………Aku mulai duduk di pinggir bed Santi dan Desy aku suruh turun dan mereka bergantian melumat senjata ough………………..ough………..aku merintih nikmat sambil mengelus rambut mereka berdua ough………………ugh……………enak banget bisik aku Santi dan Desy tersenyum sambil masih gantian melumat senjata yang semakin mengeras ough……………………..ough…………aku mulai tiduran dan Desy naik ke atas dan mulai memasukkan senjata di selakangannya dan ough…………………ah………….rintihnya dan Santi memegang tubuh Desy dan mulai mengarahkan bibirnya ke arah mulut Aku dan …………..tubuhnya aku angkat…….Santi tahu mengarahkan selakangan ke mulut aku dan mulai ough………..ough………………..Desy meminta Santi untuk gantian …………………………..dan aku mulai klimaks………ough…………………ough…………..senjata di dalam selakangan Santi aku ambil dan ough……………crot………………ough………………

AGEN BANDARQ TERBAIK | BANDARQQ | BANDARQQ ONLINE | AGEN DOMINOQQ | DOMINOQQ ONLINE | ADUQ

NAGAQQ.COM | AGEN BANDARQ | BANDARQ ONLINE | ADUQ ONLINE | DOMINOQQ TERBAIK




 Dari : Sumber
Share:

BTemplates.com

Total Pengunjung Hari ini

SAHABAT303

Diberdayakan oleh Blogger.

SAHABATPOKER

SAHABATKARTU

Favorite View