NAGAQQ.COM | AGEN BANDARQ | BANDARQ ONLINE | ADUQ ONLINE | DOMINOQQ TERBAIK

Sabtu, 30 Januari 2016

Pembantu Ku Yang Semok Part 3




“Lastri…” pikirku, tadi kami bertempur cukup seru, dan Rika pun teriak-teriak semau sendiri, mustahil kalau Lastri sampai gak denger. Gawat bin syahwat! Kalau sampai dilaporin sama istriku, bisa ancur-ancuran aku. Sambil berfikir, aku melirik adik iparku yang masih nyuci piring. Dari belakang, karena lampu dapur, celana hot pants kekecilan milik istriku yang dia pakai hampir tidak dapat menutupi benda apapun yang ada di baliknya. Pantatnya nampak nyeplak penuh, bergoyang-goyang seiring kegiatan dia mencuci piring. Kekhawatiranku tentang Lastri yang mungkin mendengar aktivitas kami tadi seolah langsung musnah, seiring libidoku yang terbakar dengan cepat melihat body adik iparku yang baru saja aku entotin tadi.

“Satu ronde lagi yuk, Rik!” aku tiba-tiba sudah di belakangnya, menempelkan kontolku yang sudah ¾ tegang ke belahan pantatnya dan berbisik tepat di telinga. Aroma rambut yang habis keramas menusuk sekali ke hidungku membuat libidoku tambah gak karu-karuan.

Rika menoleh ke arahku, menempelkan bibirnya di bibirku dan menggigitnya kecil, lalu sambil masih mencium dia berkata, “Ogah ah, aku merasa bersalah banget ama mba Ine.”

“Ayolah, kalau kita simpan ini di antara kita aja mana ada yang tau?” sanggahku sambil bibirku mulai mengenyot bibirnya.

“Gak mau,” katanya pendek, sambil menjulurkan lidah hangat dia, menyentuh ujung lidahku.

Libidoku tambah terbakar habis-habisan, aku nyosor bermaksud untuk French kiss dia dalam-dalam, tapi Rika lebih cepat menarik kepalanya ke samping, sehingga aku nyosor angin. Melihat aku tidak mendapat sasaran, dia cekakak-cekikik sambil menjulur-julurkan lidahnya, mengejek. Tangannya lalu menjulur meremas kontolku dan bilang, “Mbok coba kendaliin sedikit nih burung to, mas, kan kasihan mbak Ine. Mas selain sama aku pasti sudah ngesex sama puluhan wanita selama pernikahan dengan mbak ya? Hayo ngaku sama Rika, sudah berapa wanita yang mas entot selama nikah sama mbak Ine?” katanya lagi.

“Emmm...” aku gak langsung menjawab, cuman manyunin mulut. “Emang Ine pernah cerita apa aja?” tanyaku lanjut, perbincangan ini terjadi dalam posisi aku masih belum melepaskan pelukanku dari belakang kepada adik iparku itu. Dan kontolku juga masih dalam kondisi setengah tegang, menempel erat di belahan pantatnya yang hanya dialasi oleh celana hotpants ketat, tanpa celana dalam.

“Jawab dulu pertanyaan Rika, sudah berapa cewek mas entotin?” dia mendesak.

“Well, cuman ama kamu.” gurauku.

“Wekksss…” katanya sambil menggoyang-goyangkan pantatnya yang masih ditempel sama kontolku, membuatnya semakin keras menegang. “Berapa?” desaknya lagi.

“Kenapa sih?” aku masih mencoba ngeles.

“Say it straight like a man, berapa?” Rika terus mendesak. “Jujur sama Rika. Kalo mas jujur, gak akan merubah pandangan Rika ke mas, malah Rika akan membantu mencari jalan keluar, kalau memang libido adalah masalah mas selama ini.”

Tawarannya tampak menggiurkan. “Ok, gue akan jujur, tapi jawab dulu tiga pertanyaan mas dengan jujur pula.” kataku menantang.

“Ok, tanyakan langsung ke tiga pertanyaan itu di awal, Rika gak mau pertanyaan berikutnya adalah pengejaran dari pertanyaan sebelumnya.” jawab Rika. Sudah aku ceritakan dari awal kan kalo adik iparku ini emang cerdas, dan dia adalah salah satu tempat curhatku (dan istriku, mungkin). Dan tentunya gak pernah terlintas sedikitpun di otakku bahwa akhirnya aku entotin juga dia. Well, let’s call it a human error.

“Fine,” kataku. “Pertama, apa pandangan kamu tentang aku? I mean, selama ini, sampai… emmm, ok deh, including sampai aku ngentotin kamu barusan.” lanjutku.

“Ok, itu yang pertama.” jawab Rika. “Yang kedua?”

“Yang kedua, Ine pernah cerita ke kamu gak, dia pernah ato belum selingkuh… emmm, ok deh, gue frankly aja, ML sama cowok lain, selama kita menikah?”

Rika mengangguk mengerti. ”Ok, yang ketiga?”

“Trus yang ketiga, apa pertimbangan kamu kok sampai mau ML sama aku tadi, soalnya aku tahu kamu orang yang selalu penuh pertimbangan. Sudah itu aja.”

“Hihihi…” Rika ketawa kecil. “Pertanyaan mas gak seperti biasanya, kurang tajam, kurang berbobot, cuman seputaran ngentot aja. Agak susah ya mikir pas horny?” lanjutnya sambil masih ketawa-tawa dan menggoyang-goyangkan pantatnya menggoda.

”Ayo jawab.” tidak kutanggapi ejekannya.

“Ok, Rika jawab. Pertama, pandanganku tentang mas… mas itu orangnya sebenernya penyayang, bertanggung jawab, sedikit ganteng, eh jangan GR lho, tapi mas punya masalah besar, mas gampang horny. Dan masalah lanjutannya, waktu mas horny, mas selalu berhasil mendapatkan pelampisan instant dengan memanfaatkan kecerdikan, kata-kata manis mas, pesona, bahkan uang mas. Walau mas akhirnya menyesalinya, tapi toh siklus ini berulang tanpa mas mampu menghentikannya, entah kenapa. Jadi di mataku, mas bukan orang yang harus dibenci, melainkan harus ditolong.”

”Oh, gitu ya?” aku mengangguk-angguk.

“Kedua: yup, mbak Ine pernah ML sama cowok lain selain mas selama pernikahannya. Rika harap mas tidak egois dan tetap mencintai dan menerima mba Ine apa adanya, selain mas juga harus introspeksi, juga mba ine menyesal… menyesal karena BEBERAPA cowok yang pernah dia goda dan dia tiduri, tidak ada yang seberingas mas, hehehe…”

“Sumpe lo?” tanyaku menyela.

“Ga juga, aku cuman ngarang kok, jangan langsung GR gitu kenapa sih? Makanya besok lagi kalo ngentotin mba Ine, tunjukin kalo mas jantan perkasa dan unforgettable, jadi mba Ine cuman ML ama cowok lain kalo butuh variasi, bukan ngejar butuh, hihihi…”

“Omongan lo mulai ga enak, Rik! Ini kita bicarain istriku lho, kakak kamu lho...”

“Justru itu, makanya kita harus membicarakannya secara terbuka dan apa adanya, kebutuhan kebutuhannya, kelebihan dan kelemahannya, mengingat dia adalah orang yang sama-sama kita sayangi.”

“Ok... ok…” jawabku sekenanya. “Dan yang ketiga?” tanyaku lagi.

“Oo... apa tadi pertanyaan ketiga?” katanya.

“Ngeles lo, pertanyaan ketiga: pertimbangan lo mau ngentot ama aku tadi? Gak mungkin kalau kamu khilaf, I know u too well…” jawabku.

“Lha ini, baru berbobot… percaya apa gak, kalau aku sudah minta ijin mbak Ine buat menguji mas, apa sampai hati ngentotin aku, adik iparnya sendiri, dan kalau memang mas tega dan sampai hati, ini menjadi pertimbangan buat dia ngajuin gugatan cerai, dan ternyata… mas sampai hati!”

“Sumpeh lo? Boong abis! Yang bener ah...” sergahku.

“Hahaha… takut nih?” banyolnya selebor.

“Kurang ajar lo, Rik!” sergahku.

“Hihihi… ok, yang tadi boong. Sejujurnya, aku emang khilaf, aku lagi punya masalah sama cowokku. Ngelihat burung mas, body mas, lalu mas nempel-nempel, masuk separo, akhirnya ya sudahlah… ngentot-ngentot dah. Lumayan dapet kuda gratisan, hahaha…” Rika ketawa terbahak bahak.

“Gila lo, Rik. Hampir aja aku jantungan sama jawaban kamu sebelumnya, kalo sampai bener seperti itu, bisa mati beneran aku. Aku gak ngebayangin hidupku kalo mbakmu sampai ninggalin aku!”

“Hmm, aku seneng mas masih mikirin keutuhan pernikahan sama mbak Ine.”

“Ya iyalah! Gila apa? Mbak kamu itu masa depanku, satu-satunya yang aku mau untuk tua dan mati, ya cuman disamping dia.”

“Dan kelihatannya mbak Ine gitu juga, aku ngiri sama kalian berdua.” kata Rika lagi. “Walau kalian ini gila-gilaan soal ngentot sama orang lain, hahaha…” lanjutnya selebor.

”Ah, dasar kamu!” kuremas payudaranya.

“So…” katanya lagi. “Kalo aku bilang, demi mbak Ine aku gak mau satu ronde lagi, apa mas masih mau maksa, bujuk atopun seduce aku?” kata dia lagi. smart move girl!

“Nope!” kataku sambil mencium kilat pipi dia lalu mundur, dan mau berbalik ke depan TV lagi.

Tetapi tangan Rika tiba-tiba menjulur ke arah kontolku dan bilang, “Trus nih konti mau dibiarin berdiri tersiksa gini aja? Beneran nih bisa nahan? Ntar Lastri lagi jadi pelampiasan?” godanya.

“Gila lo! Ini emang kalo sudah berdiri susah disuruh duduk. Tapi biarin aja, ntar dibawa tidur juga dah kalem sendiri.” jawabku.

Rika tersenyum penuh misteri. Dia menyusulku ke sofa. “Kelihatannya Rika bobo sini aja deh, sembari ngawasin, jangan sampe mas nakal-nakalan sama Lastri, hihihi…”

“Pret, tai lo!” kataku ketus. “Eh, menurutmu Lastri tadi denger kita gak ya?” tanyaku.

“Denger, tadi dia sempet nanya aku, tapi dia sudah kukondisiin untuk tutup mulut dan dimakanannya yang tak kasih ke dia tadi sudah kucampur sesuatu, dia pasti sudah tidur pulas sekarang.” jawabnya cuek.

“Rika-rika, bisa aja lo, trus katanya lo gak bawa baju seragam?” sambungku.

“Ya besok pagi aja anterin ke kost pagi-pagi…”

“Iye, princess!! Eh btw, emang kamu tahu apa tentang Lastri? Maksudnya, kelakuan asli dia kalo di kampung? Kan dia dari kampung lo yang nun jauh di mato, hehehe…”

“Hmm… kalau masalah Lastri di kampung, aku gak begitu tahu, soalnya kan beda desa, cuman satu kecamatan doang. Tapi kalau tentang dia sama 'manusia hornian' yang ada di sini, hmmm…” katanya sambil nyolek kontolku dan melirikku binal.

“Maksud lo?!” kataku tanggap atas sindiran dia dan menepiskan tangan dia yang sudah mulai akan meremas batang kontolku.

“Please deh, mas… seakan mas bisa sembunyiin ini dari aku!”

“Ine tahu soal ini?” tanyaku lagi dengan sangat gugup.

“Nah kan bener! Gila lo, mas! Masa Lastri sih? Dia kan masih anak-anak!!” teriaknya sambil melotot ke arahku.

Sadar telah masuk ke dalam jebakannya, aku gak berusaha ngeles lagi. What did I tell u? She’s damn freaking smart. Shit!!

“Gak terjadi apa apa, jujur! Aku mergokin dia nonton bokep di kompiku, trus terjadi sedikit pembicaraan, lalu tiba-tiba dia ato aku entah siapa yang memulai, kita French kiss. But that’s all, saat itu aku bener-bener bisa kendaliin diri… entah malaikat apa yang masih menjagaku? Dan serius, aku nyesel seribu nyesel.” jelasku panjang lebar seakan malah curhat.

“Gila lo, mas! I don’t know, apa yang kamu punyain mas, tapi kelihatannya kok hampir semua cewek bertekuk lutut di depan kamu. Makanya kamu jadi gede kepala, trus jadi brengsek gini deh…”

“Hush, jaga bicaramu!” sergahku.

“Serius! Saat kamu apel pertama kali, aku sempet minta ke mbak Ine buat ikhlasin kamu buat aku, tapi mbak Ine bersikeras. Padahal dengan cowok-cowok dia yang lain, mbak Ine asik-asik aja.”

“Eh? Ngomong apa sih kamu, Rik? Jadi… halah, boong banget lo! I’m not your type kale…”

“Hmm,” Rika hanya menjawabku dengan senyuman. “Hehehe, cuman mo ngetes se-PD apa mas itu.” lanjutnya ngeles.

“Preet!” balasku.






Bersambung...
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Total Pengunjung Hari ini

SAHABAT303

Diberdayakan oleh Blogger.

SAHABATPOKER

SAHABATKARTU

Favorite View