NAGAQQ.COM | AGEN BANDARQ | BANDARQ ONLINE | ADUQ ONLINE | DOMINOQQ TERBAIK

Jumat, 25 Desember 2015

Pembantu Ku Yang Semok Part 2




Dua hari berlalu.

Jum’at siang itu, aku di kantor sedang membaca laporan-laporan dari staff, juga menandatangani permohonan purchasing dan mutasi gudang. Blackberryku berdering. Istriku, batinku.

“Halo, papa?” terdengar suara di seberang.

“Iya, ada apa, babe?” jawabku.

“Mama rencana mau balik ke kampung sore nanti, mama tahu ini mendadak, barusan di telepon bapak, eyang sakit.” cerocosnya.

“Iya, tapi kan mama tahu kalo papa ga bisa kemana-mana week end ini, besok ada stuffing.” jawabku.

“Iya makanya, mama balik sendiri aja sama anak kita, papa di rumah.” jelasnya lagi.

“Terus, mau bawa mobil sendiri? Ato naik travel aja?” tanyaku lebih lanjut.

“Gak, pa, mepet! Gak sempet pesen tiket, mama sama mas Dedy aja, juga lebih save.” jawabnya. Dedy sebenarnya adalah driver kami, yang juga sudah kami anggap sebagai saudara. Sementara dia jadi driver, aku percayakan juga kepadanya usaha rental mobilku.

“Ok,” kataku lagi, “Si Lastri diajak aja, sekalian pulang kampung.” Tentunya hal itu adalah yang paling logis aku sarankan, mengingat libidoku kepada dia yang udah ada di ubun-ubun, sedangkan aku sendiri (saat ini) tidak mau kejadian kalau aku sampai tidak bisa menahan diri ngentotin dia.

“Udah mama ajak, tapi dianya gak mau, katanya bulan kemarin sudah pulang kampung, dia mau ngumpulin dulu uange, katanya kalau di bawa pulang kampong pasti abis, anak itu memang agak boros.” jawab istriku.

Deg! Semerta-merta jantungku seperti berpacu… Well? Semoga aku diberi kekuatan, batinku.

“Ya udah, mama ati-ati ya, sampaikan salamku ke eyang dan bapak ibu. I’m gonna miss you, babe.” kataku lagi.

“I’ll gonna miss u too, luv u pa!” jawab istriku.

“Luv u too, take care ya, hunny.”

“Ok, see u.”

Klik. Telepon terputus. Aku terbengong. Ini artinya aku bakalan dua hari dua malem di rumah berdua bersama Lastri, si pendiam imut yang ternyata nakal banget itu. Seketika konsentrasi kerjaku buyar berantakan.

Sore itu telah selepas mahrib, ketika aku memasuki garasiku. Aku masuk sendiri, tanpa ada yang bukain. Pintu depan rumahku dan garasi memang aku bikin otomatis, dioperasikan menggunakan remote yang selalu ada di mobilku maupun istriku. Harganya lumayan mahal, istriku sempet sewot ketika aku memasangnya.

Aku bilang, ”Ini biar gak merepotkan orang rumah, kan bisa buka sendiri.”

Tapi istriku membantah, ”Halah, alasan!” katanya, ”Ini pasti buah dari keisengan papa. Buang buang duit aja,” tambahnya, ”Emang duit tinggal gunting sendiri apa?”

Aku hanya tertawa, aku memang selain orangnya iseng, aku juga gadget and electronic freak. I just can’t hold my self kalau lihat sesuatu yang ‘berbau otomatis’, pasti segera kukuras tabungan buat membelinya. Ini yang sering bikin istriku sewot.

Dengan santai aku masuk rumah. Langsung menuju ke kamar. Kulempar tas kerjaku ke ranjang dan melucuti bajuku. Penat setelah kerja seharian membuatku cuman punya satu pikiran setelah sampai rumah. Berendam! Dengan telanjang bulat aku berjalan menuju kamar mandi di dalam kamarku yang memang aku pasang jacuzzy. Astaga. Kaget, hampir lepas jantungku. Di jacuzzy, aku lihat sesosok telanjang telentang.

“Rika!” teriakku sambil kalap menutupi kontolku yang telanjang. Rika adalah adik iparku. Sekilas tentang rika, dia berumur sekitar 25 tahunan, 2 tahun lebih muda dari istriku, single. Kalau istriku kecil dan bisa dibilang mungil, Rika sebagai adik berbody sebaliknya, bongsor, sedikit chubby tapi gak gemuk, model yang bertulang besar. Dadanya lumayan gede, hampir dua kali lipat dibanding dengan dada istriku. Dan yang paling menarik, dari rok mini yang sering dia pakai, pantatnya kelihatan bulat dan padet banget.

Rika tetap tidak bergeming dengan mata terpejam dan headset di telinganya. Ealah, ketiduran di jacuzzy ni anak, pantes aja dia gak denger aku masuk. Pelan-pelan aku beringsut mau masuk ke kamar lagi, tapi...

“EH, MAS!!” aku mendengar dia menjerit kaget melihat aku yang hampir beringsut, telanjang bulat di hadapan tubuh bugilnya.

“Iya, ini aku! Kamu ngapain berendem telanjang di jacuzzyku?” jawabku sambil menutupi kontolku yang jadi setengah tegang melihat tubuh putih cubby adik iparku ini.

“Hehehe… sorry, aku minjem jacuzzynya, abis penat banget pulang kerja. Lagian yang namanya berendem ya bugil lah.” katanya lagi. “Mbak Ine tadi pulang kampung, eyang sakit. Aku gak bisa pulang, makanya mbak Ine minta aku mampir sekalian beliin makan buat mas, soalnya pasti makanan gak bakalan kepikir di otak mas kalo mbak Ine pergi. Aku datang, mas belum pulang, jacuzzy kosong, ya aku manfaatkan.” cerocosnya dengan hanya melintangkan tangan kirinya ke dada untuk nutupin puting susunya. Yah paling gak putingnya ketutupan, dan tangan kanannya untuk menutup memeknya tanpa berusaha untuk bangun, alias masih dengan cueknya telentang.

Rika ini anaknya emang selebor. Selain seenaknya sendiri, sebenarnya dia orangnya asyik dan terbuka, juga berwawasan luas. Aku sangat cocok ngobrol sama dia. Ya tapi maksudnya gak ngobrol dalam keadaan bugil. Aku sendiri kalang kabut nutupin kontolku yang semakin membesar dan mengeras di depan tubuh bugilnya.

“Udah, gantian kalo gitu, aku juga pengen berendem.” sahutku ketus.

“Ya elah, pelit amat sih. Masih PW nih, kalo mas cuman mau berendem aja napa harus ribut, jacuzzy luas ini…” katanya lagi.

Aku garuk-garuk kepala menyadari maksud dari ucapannya, tanpa sadar ngelepasin tangan yang aku pakai menutup kontolku. “Gak, kamu kaluar, aku mau berendem.” kataku lagi.

“Ealah, pelit amat sih? Tinggal masuk aja, kan muat berdua… dan tuh konti di tutup dunk, lagian beringas banget sih junior?” katanya.

Aku kembali teringat kontolku yang memang sudah 60% menegang. Dengan reflek aku kembali membekapnya dengan kedua tanganku. “Rik, please dunk, aku gak bisa nih berendem berdua…” kataku lagi.

“Ya itu derita, mas, kalo mau berendem ya harus mau berbagi.” jawabnya santai sambil benahin headsetnya dengan tangan kanannya, dan mulai menutup matanya lagi, nerusin tidur, alhasil itu memek kembali telentang di hadapanku. Aku jadi bingung, sebenernya yang punya jacuzzy ini siapa sih?

“Geser!” kataku ketus, ketika akhirnya aku menyusul juga ke jacuzzy.

Dia hanya melenguh dan menggeser sedikit posisinya ke kiri. Aku berbaring di kanannya, jacuzzy itu cukup besar tapi pada dasarnya adalah single jacuzzy, jadi kami tetap berhimpitan. Bagian kiri tubuhku bersentuhan dengan bagian samping kanan tubuhnya. Aku lirik susunya yang kurang berhasil ditutup dengan tangan kirinya. Menggelembung naik turun seiring tarikan nafasnya.

“Jangan lihat-lihat, ntar nafsu lagi…” katanya sambil masih memejamkan mata.

Jembret, batinku. Ketahuan! “Pret, emang aku ini manusia gak bermoral?” sanggahku.

“Mas sih aku yakin bermoral, tapi nggak dengan burung mas, tuh masih beringas banget.” katanya.

”Lha, berarti kamu juga perhatiin kontolku dunk?” kataku lagi. Sengaja aku langsung sebut ‘kontol’ biar terdengar vulgar dan kasar sekalian. Nyindir kata- kata sarkasme dia yang barusan.

”Hahaha…” dia malah tertawa. “Lha ****** mas besarnya segitu, masak ga menarik perhatian, aku kan normal, mas.” katanya lagi dengan menekankan kata ******, membalas sindiranku sambil berbalik. Sekarang dia terbaring miring memunggungi aku. Aku ikutan miring menghadap ke dia, tanpa pengahalang, mau tidak mau kontolku menempel di belahan pantat chubbynya.

“Eh, sekarang malah nempel di pantat nih ******.” katanya masih selebor.

“Alah, bentar aja, mau pijat punggung nih.” kataku lagi. “Salah siapa ngotot berendem bareng, dah tau jacuzzy sempit.” Jacuzzyku emang ada water jetnya, yang berfungsi untuk memijat.

“Aduuuh, nganjel banget sih nih ******.” keluhnya. “Ihh, jangan digerak-gerakin dunk, ntar bisa masuk ke lubangku, soalnya kepalanya pas di tepinya.” katanya lagi.

Karena struktur kontolku yang panjang dan agak bengkok ke dalam, posisi ini tentu saja riskan, soalnya kepala kontolku langsung berhadapan dan nempel di mulut memeknya. Kami manusia bukan patung, tentu saja bergerak, minimal kontolku pasti berkedut-kedut nempel di memek seperti itu. Tidak memakan waktu lama, kepala kontolku sudah menyeruak di pangkal bibir memeknya dari belakang, membuka kelopak memeknya dan bersentuhan dengan ujung jalan masuk ke relung vaginanya. Ditambah licinnya air jacuzzy yang dicampur dengan aromatherapy soap.

“Mas, mundur dikit dunk, kepala batang mas sudah mulai masuk di lubangku nih, geli banget.” katanya.

“Iya, bentar.” kataku, tapi aku tidak juga segera mundur. Aku sengaja membiarkan kontolku dalam posisi itu, abis enak juga. “Rik, kamu masih perawan gak?” tanyaku, karena memang adik iparku itu belum menikah.

“Nggak, kan dulu aku sudah pernah cerita ke mas.” jawabnya.

“Oh, iya juga, nakal juga kamu ya, ternyata.” sambungku.

“Kalo gini, lebih nakal sapa, aku ato mas?” jawabnya sambil cekikikan

“Hehehe… aku emang ga pernah bilang kalo aku orangnya alim.”

Bless…!

Pelan tapi pasti, karena licinnya lobang memeknya, mungkin juga karena cairan memeknya yang sudah mulai mengalir, dari belakang kontolku meluncur semakin dalam ke relung memek adik iparku.

“Aaaagghh…” erangnya lembut. “Jangan dimasukin, mas, cabut dooonkkk…! Aaarrgghhh…” erangnya lagi, tapi tanpa reaksi penolakan apapun dari gerakan tubuhnya.

Tak seberapa lama, tanpa dorongan pinggul pun, kontolku sudah masuk setengahnya ke lobang kewanitaan dia. Masih tidak ada reaksi penolakan, hanya dia jadi diam, tidak banyak bicara seperti tadi. Pelan tapi pasti, aku mencoba menggoyang pinggulku naik turun. Di dalam kepalaku memang seperti ada teriakan penolakan, gila apa yang aku lakukan? Masa aku ngentotin adik iparku sendiri…!!!

Tapi kalau dilihat dari awal muasal kejadian ini, kan dia yang memulai, dia juga sudah nggak perawan. Lagipula, juga tidak ada pemaksaan maupun ada penolakan, jadi ini bukanlan sebuah perkosaan. Hanya dua insan dewasa yang menyalurkan kebutuhan, pikirku mencari pembenaran dari tindakanku ini.

Selang beberapa lama aku menggoyang-goyang pinggul setengah hati, terasa seperti ada empotan di dalam liang vagina Rika. Gila, pikirku… empotan ayam. Aku memejamkam mata menikmati sedotan-sedotan erotis dari liang vagina adik iparku itu, hingga pada satu titik aku tidak tahan lagi. Sambil bilang, “Sorry, Rik!” kupeluk pinggangnya dan menghujamkan kontolku sedalam mungkin.

“Arrrgghhh… maaassss!!!” erangnya.

Dengan posisi miring tersebut, aku genjot dia sejadi-jadinya. Air memercik kemana-mana, sedangkan Rika menggelepar-gelepar seiring genjotanku yang semakin cepat. Ia tanpa canggung mengerang-erang dan berteriak. “Aarrghh… maaasss… oogghhh… myy… goooddddd… aghh… agh… agh... aaccgghhh…”

Karena di jacuzzy, aku merasa kurang bebas menyetubuhi adik iparku, sedangkan nafsuku bener-bener meledak-ledak (entah kenapa). Aku cabut kontolku, lalu berdiri. Aku bopong dia dari jacuzzy, masih tanpa penolakan, kulemparkan tubuh bugil dan basah kuyup dia ke ranjangku. Dengan nafsu, aku sosor mulut dia yang sedari tadi mengerang-erang. Sambil French kiss, kutindih dia dan kembali kuarahkan kontolku ke lobang memek dia.

BLESS…!!! Kali ini, karena posisi MOT, dengan mudah kontolku menerobos memek chubby dia yang sudah basah kuyup. “Aachh… ackhh… arrggghhh… mmmpppfftt… mmppfttt…” Rika mengerang keenakan.

Setengah jam aku menghajar memek dia dengan posisi MOT, memang aku sengaja tidak berganti posisi, disamping aku canggung mau berganti posisi, aku juga sangat menikmati ngentotin memek chubby dia yang istimewa sambil tak henti hentinya mem-French kiss bibir dan lidah dia yang nggemesin. Hingga sudah terasa lahar pejuhku hampir meledak, aku lepasin French kissku dan bertanya, “Rik, boleh kukeluarin di dalem kamu?”

“Aagghh... aghhh… gak pa-pa… aku lagi amannn… dan aku juga mau dapet lagii…”

“Kalo gitu kita keluar barengan… arrrrgghhhh…!!!”

Tak berapa lama kemudian, aku muntahkan sperma panasku di rahim dia, aku hujamkan dalam-dalam kontolku ke memeknya adik iparku itu. Rika juga mengerang keras sambil mendekap erat dan mencakar punggungku. Setelah bergoncang-goncang hebat, akhirnya tubuhnya terhampas ke kasur dengan lemas. Masih dengan posisi menelungkup, aku biarkan kontolku terus menancap di memek dia.

Aku bergeser ke samping agar adik iparku itu bisa bernafas. Dengan masih memeluk dia, sesekali aku sosor bibirnya yang nggemesin itu, seakan tak ada puasnya aku mem-French kissnya. Dia dengan hanya tertawa-tawa kecil, melayani setiap hisapan bibirku dan kecupan-kecupan nakalku.

“Udah ah…” katanya sambil beranjak dari ranjang lalu menuju ke kamar mandi lagi.

“Mau berendem lagi, Rik?” tanyaku.

“Gak ah, mas. Mau mandi aja, trus makan yuk?” ajaknya.

“Ayuk, aku juga sudah laper, mana lemes lagi.”

“Hihihi, habisnya mas goyangnya kaya kesetanan gitu.” jawabnya.

“Memek kamu tuh yang enak banget, bikin aku jadi lupa diri. Dapet berapa kali O kamu, Rik?” tanyaku menggoda.

“Tiga!” jawabnya selebor.

Aku menyusul dia ke shower, kita mandi bareng. Hampir saja aku gak tahan lagi, mau kuentot lagi dari belakang. Abis pantatnya putih dan montok bener, hehehe…

Kami makan makanan yang tadi dibawa sama Rika di ruang tengah. Sambil makan, aku lihatin mulut sexy adik iparku itu mengunyah makanan. Dan belahan dadanya yang mengintip nakal Dari kaos U can See istriku yang dia pinjem dan sedikit kekecilan. Sedangkan pinggul montok cubby dia hanya dibungkus hot pants ketat dan kekecilan yang juga punya istriku, tanpa memakai CD, jadinya memek dia nampak nyemplak dan sedikit basah, mungkin sisa spermaku yang masih sedikit demi sedikit mengalir keluar dari memeknya.

“Kamu tadi ke sini naik apa, Rik?” tanyaku memecah keheningan.

“Diantar temen.” jawabnya.

“Pulang apa mau bobo sini?” tanyaku sambil masih jelalatan ngelihatin tubuh indahnya.

”Balik ah, besok masuk pagi, gak bawa seragam lagi.” jawabnya. “Lagian kalo di sini, alamat gak bisa bobo sampe pagi, hihihi…” tambahnya lagi.

“Pret, macam sexy aja kau!” kataku sok berlogat batak, sambil ngeloyor ke depan TV, karena aku emang udah selese makan. “Mau minta anter pulang?” lanjutku lagi.

“Ya iyalah, masa tega biarin aku naik taxi malam-malam gini, ntar kalo di perkosa orang gimana?” jawabnya mulai selebor.

“Weks!” balasku.

Rika masih beres-beres piring bekas makan kita tadi, lalu dibawanya ke tempat cuci piring dan mulai mencucinya. Adik iparku ini walau selebor tapi rajin orangnya, untuk urusan kecil seperti nyuci piring dll. Dia paling ogah kalau harus ngerepotin pembantu. Padahal ada Lastri…

LASTRI…!!!



Bersambung...
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

BTemplates.com

Total Pengunjung Hari ini

SAHABAT303

Diberdayakan oleh Blogger.

SAHABATPOKER

SAHABATKARTU

Favorite View